JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5,5% pada 2026. Kadin pun menyiapkan lima rekomendasi untuk pemerintah yang dihasilkan selama Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin yang digelar di Park Hyatt Jakarta.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyampaikan bahwa keyakinan Kadin didasarkan pada paparan berbagai menteri serta pimpinan lembaga teknis di Rapimnas tersebut. Ia menegaskan bahwa arah kebijakan pemerintah dan program-program prioritas menunjukkan tren positif.
"Kita optimis bahwa tahun 2026, pemerintah bersama dunia usaha bisa menggerakkan ekonomi di atas 5,5%. Kita yakin bahwa 5,5% bisa tercapai. Ada 17 program dan 8 agenda prioritas, mulai menunjukkan optimisme," katanya, Selasa (2/12/2025).
Optimisme tersebut juga diperkuat dengan sejumlah program Quick Wins Kadin yang sudah menunjukkan hasil, antara lain program Makan Bergizi Gratis (MBG), Program Tenaga Kerja Migran, Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), dan Rumah Terjangkau Layak Huni (RTLH) yang ditargetkan mampu menyentuh 3 juta unit per tahun.
"Jadi ini merupakan hal-hal yang kita tes sendiri selama setahun, dan hasilnya benar-benar menunjukkan optimisme," lanjut Anindya.
Anindya menyampaikan lima rekomendasi utama Kadin untuk pemerintah. Pertama, mendorong kolaborasi kuat antara pemerintah dan dunia usaha untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 5,5%. Kedua, memberikan perhatian besar pada penciptaan lapangan kerja, terutama bagi generasi muda.
Ia menyoroti rencana pemerintah meningkatkan jumlah peserta program magang dari 20 ribu menjadi 80 ribu orang sebagai langkah penting memperkuat kapasitas tenaga kerja nasional. Hal itu disebutnya sejalan dengan fokus utama Kadin, yakni memberikan perhatian besar terhadap penciptaan lapangan kerja.
"Ini merupakan perhatian khusus, karena kita mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Cukup banyak setiap tahunnya, apalagi banyak sekali demografi kita, yang termasuk di dalamnya adalah Gen Z, generasi muda yang membutuhkan tentunya lapangan pekerjaan," kata Anindya.
Rekomendasi ketiga berkaitan dengan upaya memperluas investasi dari hulu hingga hilir di berbagai sektor, seperti pertanian, industri, dan infrastruktur. Deregulasi dan insentif, menurut Anindya, menjadi kunci agar dunia usaha dapat berkembang lebih cepat, sehingga banyak muncul pengusaha baru, dan pendapatan pemerintah melalui pajak juga meningkat.
Ia memaparkan bahwa kontribusi investasi terhadap PDB saat ini berada di kisaran 28 persen, namun idealnya perlu meningkat secara bertahap hingga mencapai 40 persen. Likuiditas sebesar Rp200 triliun yang tersedia disebutnya dapat mendorong tumbuhnya proyek-proyek baru, asalkan didukung regulasi yang tepat.
"Itu bisa sampai kepada program-program atau proyek-proyek baru oleh pengusaha yang mudah-mudahan bernaung di Kadin, dan juga pemerintah sadar bahwa untuk meningkatkan atau memperbaiki angka ICOR yang menandakan produktivitas setiap uang yang diberikan, itu juga berkembang atau membaik berbarengan dengan deregulasi dan insentif yang diberikan," jelasnya.
Selanjutnya, Anindya menegaskan pentingnya mempercepat hilirisasi dan industrialisasi di sektor padat karya seperti alas kaki, tekstil, dan elektronik. Ia juga menyoroti perlunya mendorong hilirisasi industri masa depan, termasuk industri hijau, elektrifikasi, kendaraan listrik, dan energi terbarukan. Kemandirian riset nasional juga menjadi aspek penting yang harus diperkuat, sebagaimana arahan Presiden dan Kepala BRIN.
Rekomendasi terakhir menyoroti peningkatan produktivitas nasional. Anindya menilai program MBG bukan hanya memberi manfaat gizi bagi generasi masa depan, tetapi menjadi fondasi jangka panjang bagi peningkatan kualitas SDM. Ia menambahkan bahwa pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan perlu terus diperkuat.
Selain itu, Kadin juga mengusulkan pemberian insentif untuk riset dan pengembangan teknologi, serta peningkatan perdagangan dengan mitra internasional seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Peru. Pelibatan UMKM dalam rantai nilai global menurut Anindya harus terus diperluas.
"Ada beberapa usulan tambahan, seperti insentif di R&D dan teknologi, itu penting. Lalu peningkatan perdagangan dengan dibukanya perdagangan-perdagangan baru dengan Uni Eropa, dengan Amerika dengan termin yang baru, maupun dengan Peru, maupun Kanada, itu bisa dijalankan. Lalu bagaimana melibatkan UMKM lebih banyak lagi, itu program-program Quick Wins tadi," tandas Anindya.
(Feby Novalius)