MANADO - Adanya rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi diharapkan tidak disambut dengan kenaikan harga. Para pelaku pasar, diharapkan tidak menjadikan kenaikan tersebut sebagai kesempatan dalam kesempitan.
"Kita berharap, teman-teman pelaku pasar baik itu distributor, para pedagang untuk melihat ini fear. Dan jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, saat berbincang dengan wartawan seusai rapat koordinasi terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Manado, Senin (27/2/2012).
Menurutnya, kenaikan harga BBM menjadi masalah hampir semua negara, lantaran naiknya juga harga minyak dunia, di mana harga minyak dunia saat ini tercatat menyentuh level USD120 per barel.
Kenaikan BBM tersebut, juga dialami baik oleh negara tujuan ekspor Indonesia serta negara pesaing. "Kita sudah beberapa kali menaikkan harga BBM, dan kita sudah bisa lihat dampaknya, kita sudah siap untuk itu," jelas dia.
Meski begitu, dia belum dapat mengungkapkan dampaknya bagi perdagangan dalam negeri jika kenaikan BBM tersebut terealisasi. "Tergantung berapa besarannya kenaikan," akunya.
Di kesempatan yang sama, Wakil Menteri Perindustrian Alex Tetraubun, menilai kenaikan BBM bersubsidi sudah wajib hukumnya. Hal tersebut dilakukan agar tidak membebani keuangan negara. "Kenaikan itu tidak bisa dihindari. Kalau kita mau menyelamatkan negara ini," tandasnya.
Sekadar informasi, rencana kenaikan BBM subsidi kabarnya akan mulai dilakukan April mendatang. Kenaikan tersebut dianggap perlu lantaran beban negara untuk subsidi BBM sudah terlampau tinggi. (mrt)
(Rani Hardjanti)