Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Inflasi Rendah Belum Mampu Sokong Rupiah

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Kamis, 01 Maret 2012 |15:39 WIB
 Inflasi Rendah Belum Mampu Sokong Rupiah
Ilustrasi. Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum banyak bergerak. Rendahnya data inflasi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) nampaknya belum dapat menyokong penguatan rupiah.

Menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah diperdagangkan di kisaran Rp9.098 per USD, dengan rata-rata perdagangan harian Rp9.053-Rp9.143 per USD. Mengutip yahoofinance, rupiah bergerak di kisaran Rp9.108 per USD, dengan range peradagangan Rp9.097-Rp9.117 per USD.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menjelaskan, pasar global ditutup turun kemarin. Bursa AS turun  merespon pernyataan Bernanke terhadap spekulasi quantitative easing ke-3. "Pasar Asia ikut terkoreksi pada hari ini," jelas dia lewat riset hariannya, Kamis (1/3/2012).

Treasury analyst Telkom Sigma Rahadyo Anggoro berpedapat sama. Menurutnya, rupiah dapat menguat hanya jika Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi. "Market juga masih sepi untuk perdagangan rupiah," katanya.

Menurutnya, saat ini investor masih ragu terkait rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Sebab jika hal itu terjadi, inflasi pada 2012 diperkirakan sebesar 6,5 persen. "Itu jika perkiraan premium naik Rp1.000 per liter," imbuhnya.

Investor semakin dibuat ragu lantaran beberapa waktu lalu BI menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,75 persen. Padahal jika seandainya inflasi naik, BI Rate juga harusnya naik. "Dari situ investor masih menunggu," tuturnya.

Dilihat dari faktor eksternal, investor berharap jika Yunani mampu memanfaatkan dana talangan yang diterimanya sebesar 130 miliar euro untuk membayar utang jatuh tempo bulan ini. Pergerakan rupiah juga tidak terlepas dari harga minyak dunia. Terpantau harga minyak mulai menurun.

Ketika harga minyak turun, mata uang lain seperti euro akan menguat terhadap dolar. "Namun, di tengah kondisi ini, investor masih akan menggunakan dolar sebagai komoditas utama," tutupnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menuturkan inflasi Februari 2012 tercatat sebesar 0,05 persen. Sementara inflasi tahun kalender 0,81 persen. (mrt)

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement