JAKARTA - Wacana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp1.500 per liter dinilai akan memberikan tekanan pada indeks harga konsumen (IHK) alias inflasi hingga mencapai 2,4 persen.
"Kalau kenaikan BBM Rp1.500 per liter seperti kajiannya Universitas Indonesia (UI) kira-kira menyumbang inflasi sekira 2,3 persen sampai 2,4 persen kurang lebih," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (2/3/2012).
Halim mengatakan, jika dilihat dari sisi teknis, maka pada 2013 inflasi akan kembali normal. Inflasi cenderung menurun, jika BI bersama pemerintah bisa lebih bekerja sama.
Menurut Halim, satu hal yang mungkin tidak banyak diteliti dan dikomentari para pakar adalah persistensi inflasi yang sudah jauh menurun dibandingkan lima sampai 10 tahun yang lalu.
Persistansi inflasi, terjadi ketika harga-harga bergejolak cepat naik, tetapi inflasi cepat turun lagi. Lain halnya dengan situasi lima sampai enam tahun ke belakang, di mana terjadi gejolak inflasi kenaikan harga yang harganya sulit untuk kembali ke level sebelum terjadinya gejolak.
"Sekarang sudah mulai berbeda karena struktur pasar menjadi lebih kompetitif, sehingga masyarakat menjadi banyak pilihan untuk membeli produk dengan berbagai variasi harga," jelas dia.
Selain itu dia menilai, faktor cuaca juga berpengaruh pada inflasi. "Jadi tergantung bagaimana menetapkan kebijakan penyediaan suplai tidak hanya pemerintah tetapi juga swasta," tambahnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)