JAKARTA - Rencana pemerintah untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dinilai tidak akan terlalu berpengaruh untuk menyelesaikan permasalahan.
"Saya rasa BLT itu tidak akan terlalu signifikan pengaruhnya terhadap pengentasan kemiskinan karena sifatnya sementara," ungkap Anggota Komisi XI DPR Arif Budimanta kala ditemui dalam acara Indonesia Hot Topic Sindo Radio bertajuk Bantuan Langsung, Dibayar Tunai! di The Aple Tree Cafe, MNC Tower, Jakarta, Senin (5/3/2012).
Jika dilihat secara momentum, pemberian BLT juga dinilai tidak cocok, dikarenakan sebelum BLT tersebut datang harga BBM dan lainnya sudah naik terlebih dahulu. "Secara momentum tidak cocok. Sebelum BLT datang, duitnya datang belakangan, harga-harga sudah naik. Jadi dua bulan rakyat nombok. Tidak ada kenaikan pendapatan," paparnya.
Oleh karena itu, Budi menjelaskan bahwa pemerintah seharusnya melakukan proses pengendalian harga di lapangan.
"Pemerintah harus melakukan pengendalian harga, dilakukan dengan apa, alokasi dan stabilisasi dengan apa, ya melalui fiskal policy , instrumennya apa, ya melalui peningkatan surplus kepada peningkatan pangan kita, kalau itu surplus baru kita bisa melakukan pengendalian harga dengan baik, atau pangannya yang di subsidi langsung, yang distribusikan kepada masyarakat," kata dia.
"Kita harus pikirkan hal tersebut. Sekarang masyarakat miskin di pedesaan dan di perkotaan sudah mengeluh akan harga yang sudah mulai naik. Karena biasanya masyarakat miskin tersebut, sebanyak 30 persen pengeluarannya, dikeluarkan untuk beli beras," pungkasnya.
(Widi Agustian)