JAKARTA - Pemerintah mencatat beberapa hal yang menyebabkan overkuota BBM subsidi di 2011 lalu disebabkan karena tiga hal. Tingginya pertambahan motor dan mobil, gagalnya program konversi BBG, dan adanya migrasi BBM nonsubsidi ke subsidi.
"Tambahan motor dan mobil di luar ramalan yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Pertumbuhan motor mencapai 850 ribu per tahun dan mobil 900 ribu. Itu memang akibat dari tumbuhnya ekonomi Indonesia yang tinggi sehingga semakin banyak orang yang mampu beli kendaraan," ungkap Menteri ESDM Jero Wacik dalam Rapat Kerja Bersama Menteri Keuangan, BPH Migas, dan Pertamina, di Komisi VII, Senayan, Jakarta, Selasa (6/3/2012).
Jero memaparkan, karena masyarakat gencar membeli mobil, masyarakat pun kemudian bermigrasi dari BBM nonsubsidi seperti pertamax ke BBM subsidi, selain juga program konversi BBM ke BBG.
"Hal ini menimbulkan overkuota BBM subsidi tahun 2011 lalu sebesar 1,29 juta kiloliter (kl)," lanjut dia.
Direktur Utama PT Pertamina (persero) Karen Agustiawan menambahkan, bobolnya kuota BBM subsidi 2011 lalu juga disebabkan karena realisasi BBM subsidi yang overkuota di seluruh daerah. Selain juga penimbunan BBM di beberapa daerah.
"Dari semua daerah, hampir semuanya bertanda merah (overkuota)," tambah Karen.
Melihat kenyataan ini, Jero menyebut pada 13 Desember 2011 lalu telah melakukan koordinasi dengan Menteri Keuangan dan Pertamina yang kemudian memutuskan untuk menambah kuota BBM subsidi.
"Saat itu rakyat sedang mempersiapkan Natal, tahun baru dan liburan, DPR-RI menjelang masa reses, karena itu kami harus membuat keputusan yang tegas," jelas dia.
Seperti diketahui, kuota BBM subsidi dalam APBN-P 2011 sebesar 40,49 juta kl. Nyatanya, realisasinya jebol mencapai 41,78 juta kl. Jebolnya kuota ini juga mengakibatkan realisasi pembayaran BBM subsidi yang seharusnya hanya Rp129,723 miliar menjadi Rp164,758 miliar.