JAKARTA - Setelah mencatatkan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau yang kerap disebut inflasi terendah pada Februari lalu, diprediksi daya beli masyarakat pada Maret akan tertekan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang PS Brojonegoro mengatakan, inflasi pada Maret berpotensi meningkat. Hal ini terjadi karena adanya perubahan administered price atau harga yang ditentukan pemerintah.
"Inflasi sampai Februari masih relatif rendah yoy masih 3,56 persen. Namun kita harus waspadai bulan berikutnya (Maret)," kata Bambang kala ditemui dalam Badan Anggaran (Banggar), di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (15/3/2012).
Diberitakan sebelumnya, BPS menuturkan inflasi Februari 2012 tercatat sebesar 0,05 persen. Sementara inflasi tahun kalender 0,81 persen. Sehingga inflasi year on year (yoy) mencapai 3,56 persen. Inflasi komponen inti 0,33 persen. Serta inflasi inti year on year (yoy) 4,31 persen.
Kondisi ini, mendorong penurunan yield atau kenaikan harga surat berharga negara (SBN) karena tingkat inflasi yang relatif rendah serta rata-rata nilai tukar rupiah yang relatif stabil, dan juga kondisi eurozone yang belum sepenuhnya membaik, akan mendorong capital inflows yang semakin besar.
Adapun inflasi komponen inti 0,33 persen. Serta inflasi inti year on year (yoy) 4,31 persen. Barang penyumbang inflasi antara lain emas dan perhiasan sebesar 0,07 persen, beras 0,05 persen, dan bawang 0,02 persen.
(Martin Bagya Kertiyasa)