Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kadin Siap Bangun Dry Port di Perbatasan RI-Malaysia

Iman Rosidi , Jurnalis-Senin, 09 April 2012 |16:13 WIB
Kadin Siap Bangun <i>Dry Port</i> di Perbatasan RI-Malaysia
Logo Kadin. (Foto: Dok Kadin)
A
A
A

JAKARTA - Para pelaku usaha anggota Kadin menyatakan kesiapan untuk melakukan investasi dalam waktu dekat dengan membangun pelabuhan darat (dry port), kawasan industri, kawasan komersil dan perumahan, pengolahan kelapa sawit, crumb rubber (industri pengolahan karet), industri alat-alat pendukung industri kelapa sawit, karet, tambang, hotel dan restoran, ekowisata bahari, cold storage dan pergudangan.

Hal itu setelah Kadin selama 1,5 tahun bersama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) datang ke berbagai kawasan perbatasan seperti Entikong di Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Nunukan dan beberapa lokasi lainnya.

"Kadin Indonesia melihat adanya potensi ekonomi yang kuat sehingga sampai pada kesimpulan para pelaku usaha tertarik untuk segera menanamkan investasinya di daerah kawasan perbatasan," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Koordinator Wilayah Tengah Endang Kesumayadi di Jakarta, Senin (9/4/2012).

Namun, lanjut Endang kesiapan para pelaku usaha itu terkendala dengan minimnya fasilitas dan infrastruktur ditambah lagi belum tersedia jaringan listrik, telekomunikasi dan air bersih yang mana itu semua sesungguhnya ingin dibangun oleh anggota Kadin.

Hal itu juga ditambah dengan lambatnya izin yang dikeluarkan oleh pemerintah membuat para investor kerap mengurungkan niatnya. “Perizinan untuk membangun rumit dan lambat karena kawasan perbatasan masuk dalam kategori Kawasan Strategis Nasional yang penggunaan ruangnya dikendalikan oleh pemerintah pusat,” ujarnya.

Atas kendala tersebut, Kadin meminta Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa untuk memberikan keputusan atau kebijakan yang tepat untuk serius membangun kawasan perbatasan. “Selama ini kami berkoordinasi dengan badan pemerintah yang mengelola kawasan perbatasan, tetapi mereka tidak bisa memastikan karena semuanya bergantung pada arahan Menko Perekonomian,” ungkap Endang.

Endang menilai, semakin cepat arahan tentang pelayanan perizinan ini dapat diterbitkan, semakin cepat kawasan perbatasan dapat terbangun, semakin besar pula dukungan perkuatan terhadap konsep MP3EI dari aspek ketahanan investasi dan semakin cepat pula masyarakat perbatasan dapat ditingkatkan kesejahteraannya. Karena sudah seharusnya daerah perbatasan di Kalimantan harus tersentuh oleh program MP3EI dan terprioritas.

“Kami berharap Menko Perekonomian dapat memberikan keputusan dan langkah kongrit dalam memberikan kemudahan layanan perizinan, khususnya izin prinsip untuk pembangunan berbagai fasilitas di kawasan perbatasan. Penegasan Menko Perekonomian itu kami harapkan mencakup ke instansi mana kami harus mengurus izin prinsip tersebut, berapa lama proses waktunya, serta persyaratan administrasi apa saja yang harus dipenuhi sesuai peraturan yang berlaku,” harapnya.

Kondisi riil di lapangan, kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan RI sangat memprihatinkan. Untuk kegiatan perdagangan masih bergantung pada pasokan negara tetangga, Malaysia. “Jika menunggu pasokan dari pusat, harga kebutuhan pokok lebih tinggi jika dibandingkan dari Malaysia,” ungkap Endang.

Untuk memudahkan perdagangan, kata Endang, sangat penting untuk membangun dry port di kawasan perbatasan. Karena selain guna memperkecil kesenjangan membanjirnya produk negara asing di kawasan RI, dengan adanya dry port, aktifitas perdagangan diantara kedua negara akan lebih terkontrol baik dengan menggunakan sistem Border Trade Agreement atau pun aturan impor yang telah ditentukan dengan jelas oleh Kementerian Perdagangan.

“Kami harapkan pemerintah bisa jeli dan bersedia memberikan perlakuan khusus, karena aturan yang diberlakukan pusat, pada kenyataannya tidak bisa diterapkan di kawasan perbatasan,” pungkasnya.

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement