Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

UKM Lebih Gigih Hadapi Kemerosotan Usaha

TB Ardi Januar , Jurnalis-Selasa, 17 April 2012 |20:37 WIB
UKM Lebih Gigih Hadapi Kemerosotan Usaha
Ilustrasi. Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Usaha Kecil Menengah (UKM) terbukti lebih gigih dalam menghadapi kemerosotan kinerja usaha bila dibandingkan dengan usaha besar. Jika usaha besar cenderung mengantisipasinya dengan melakukan perampingan usaha (downsizing), UKM lebih memilih strategi putar haluan (turn around strategy).

"Usaha kecil tidak melakukan kontraksi atau perampingan yang drastis, melainkan berkisar pada upaya bertahan dan mencari peluang untuk berkembang dengan keterbatasan aset yang dimiliki," kata doktor di bidang stratejik manajemen Vitri Cahyaningsih Mallarangeng, saat mempertahankan disertasinya di depan Sidang Terbuka Senat Universitas Indonesia (UI), seperti dikutip dalam keterangannya, Selasa (17/4/2012).

Vitri yang memperoleh gelar doktor di bidang stratejik manajemen dengan judisium sangat memuaskan ini menambahkan, meskipun banyak UKM di bidang industri kreatif berada pada kondisi sunset (merosot), pola pikir kewirausahaan para pengrajin terlihat menonjol.

Pola pikir tersebut pula yang mendorong pilihan strategi tertentu sebagai dasar dari kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan kinerja.

"Budaya kewirausahaan telah mendorong mereka melakukan strategi putar haluan yang dilakukan sebagai upaya untuk bertumbuh, bertahan dan berhemat, mengetatkan ikat pinggang," tutur peraih gelar Master di bidang Home Economics, Merchandising, Marketing and Management dari Universitas Northern Illinois, Amerika Serikat ini.

Dirinya mencatat, UKM yang dipahami sebagai salah satu pondasi perekonomian negara telah berkembang cukup signifikan di Indonesia. Saat ini, jumlahnya mencapai 52 juta dan menyerap tenaga kerja hampir 90 juta orang.

Kontribusi ekonomi UKM pun sangat besar, mencapai 63,11 persen atau Rp638 triliun dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional non-migas pada 2001. Proporsi tersebut konsisten sampai 2010, meski sedikit mengalami penurunan.

"Bandingkan dengan usaha besar yang hanya memberikan kontribusi 36,89 persen dari PDB. Sudah begitu, UKM terdapat di seluruh wilayah Indonesia dan mencakup hampir semua jenis usaha yang padat karya," tukasnya.

Persoalan muncul, karena jumlah UKM yang terus meningkat tersebut belum disertai dengan peningkatan kinerja yang konsisten. Salah satu penyebab paradoks itu adalah kebijakan publik yang terkadang ambivalen, sehingga UKM di Indonesia berisiko tidak dapat bersaing di pasar global.

"Akibatnya, UKM menghadapi problem internal yang laten, terkait dengan diskriminasi dan iklim persaingan yang tidak baik,” urai Vitri, yang juga salah satu ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).

Dirinya pun menyarankan, pemerintah hendaknya menekankan dukungan pada keberlanjutan UKM dengan memfasilitasi pelaku UKM untuk terus secara konsisten melakukan mixed strategy sebagai upaya bertahan di pasar.

"Caranya adalah dengan menyiapkan, mengkader, dan membentuk kewirausahaan strategis yang tepat pada lingkup UKM," pungkasnya.

Sekadar informasi, dia meneliti 330 responden dari 2.708 unit UKM sektor kerajinan bordir, kerajinan anyaman, dan kerajinan batik, kayu/kelom, rotan dan bambu di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement