SEMARANG - Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah memperkirakan Oktober 2012 ini berpeluang terjadi deflasi. Hal ini didasarkan pada hasil pantauan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui perkembangan Indeks Harga Konsumen Oktober 2012.
Dari pantauan BPS, diketahui pada minggu kedua Oktober ini beberapa komoditas bahan pangan masih mengalami penurunan harga seperti beras, daging ayam ras dan gula pasir. Wakil Ketua TPPH Provinsi Jawa Tengah Dewi Setyowati mengatakan, penurunan harga pada komoditas bahan pangan terutama dipengaruhi oleh perkembangan pasokan terkini komoditas tersebut.
"Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, di Jawa Tengah telah mengalami surplus beras yang mencapai 181 ribu ton, meskipun angka ini lebih lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu turun sebesar 320 ribu ton," ujar Dewi, Kamis (18/10/2012).
Ditambahkannya, kondisi penurunan harga beras tersebut juga diperkuat oleh stok beras Bulog Divre IV Jawa Tengah yang secara umum masih cukup aman hingga akhir tahun. Tercatat stok beras Bulog hingga 11 Oktober 2012 mencapai 335.690 ton atau cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional Bulog hingga 7,5 bulan ke depan.
Penyerapan beras hingga 11 Oktober 2012 oleh Bulog Divre IV Jateng telah mencapai 724.315 ton setara beras atau sebesar 107,31 persen dari prognosa 2012. Sementara Untuk membantu menjaga kestabilan harga beras, penyaluran raskin yang telah dilakukan hingga saat ini sebesar 474.324 ton atau mencapai 83,34 persen dari rencana.
Di sisi lain, terkait dengan perkembangan gula pasir, diperoleh informasi bahwa realisasi produksi gula pasir hingga 30 September 2012 mencapai 259.782,05 ton atau 76 persen dari target 343 ribu ton. Saat ini musim giling di Jawa Tengah masih berlangsung di sembilan Pabrik Gula (PG) dan baru empat Pabrik Gula (PG) yang telah berakhir proses gilingnya.
"TPPH juga memberikan rekomendasi kebijakan untuk menekan laju inflasi di waktu mendatang. Diantaranya dengan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat tentang kondisi pasokan komoditas pokok. Selain itu juga melakukan evaluasi terhadap beberapa komoditas yang selama ini kurang terpantau," lanjut Dewi.
Sebagai informasi, komoditas yang kurang terpantau namun memberikan sumbangan inflasi cukup tinggi tersebut antara lain biaya pendidikan, tarif angkutan udara dan emas. (gna)
(Rani Hardjanti)