JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyebut Indonesia selalu telat dalam melakukan adjustment (pengaturan) mengenai BBM. Setiap keterlambatan ini, bukan hanya berdampak pada defisit transaksi berjalan tetapi juga membua fiskal pemerintah tidak optimal.
"Nanti pasti berlebih-lebihan kesana kemari, keterlambatan itu bukan sekedar berlebih-lebihan tetapi distribusi pendapatan," ujar Darmin di CEO Forum, Jakarta, Rabu (28/11/2012).
Menurut Darmin, penyesuaian harga BBM bersubsidi bukan hanya menyangkut defisit transaksi berjalan. Namun saat ini penggunaanya juga sudah berlebihan. Hal ini membuat fiskal pemerintah tidak optimal.
Sementara itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, adjustment BBM tersebut akan terkait dalam volume perdagangan yang terlihat impact karena keterlambatnya menyesuaikan BBM di dalam negeri.
"Saya bisa pahami kalau pada saat yang lalu, current account itu terkait volume perdagangan terlihat ada impactnya karena terlambat menyesuaikan BBM di dalam negeri. Itu membuat volume impor jadi besar dan ekspor tertahan," ujar Menteri Keuangan, Agus Martowardojo.
Agus mengatakan, secara umum fiskal Indonesia masih meyakinkan terutama pada pengelolaan balance of payment (neraca berjalan) tetap terjaga.
"Kalau seandainya dilakukan penyesuaian, memang betul, kita tidak alami kondisi yang cukup mengkhawatirkan pada saat mempunyai current account defisit di atas tiga persen terhadap PDB," ujar Agus.
Namun, Agus melihat, situasi sekarang lebih baik karena current account berada di angka 2,4 persen.