JAKARTA - The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, opsi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) masih belum tepat sasaran. Pasalnya, usaha-usaha padat karya juga akan terkena imbas kenaikan harga BBM.
"Yang lebih produktif itu ketersediaan lapangan kerja, tapi kalau kita mau yang cepat seperti BLT, itu kan sesuatu yang kita kritik bersama-sama selama ini," kata Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika saat ditemui wartawan, Jakarta, Selasa (9/4/2013).
Dia mengatakan, pemberian BLT pada yang kurang mampu secara sosial, selain tidak bagus konsepnya, hanya bermanfaat untuk solusi jangka pendek semata. "Kalau program dalam bentuk padat karya, kredit masif, land reform dan lain-lain, akan lebih produktif dan memiliki dimensi jangka panjang," jelas dia.
Meskipun, memang lebih rumit, namun pemerintah diminta tidak hanya menerapkan kebijakan yang instan. Menurutnya, kenaikan harga BBM tanpa ada kompensasi pekerjaan-pekerjaan struktural pada aspek lain bukan keputusan tepat. "Itu jelas pemerintah hanya mau ambil enak sendiri," tukas dia.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan masalah kenaikan BBM akan difinalkan. Menurut dia, ada dua opsi menaikkan BBM secara merata dengan bantuan, atau kenaikan hanya untuk yang mampu saja.
(Martin Bagya Kertiyasa)