Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Potensi Migas di Indonesia Timur Lebih Prospektif

Rizka Diputra , Jurnalis-Kamis, 20 Juni 2013 |17:04 WIB
Potensi Migas di Indonesia Timur Lebih Prospektif
ilustrasi: (foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Wilayah Indonesia bagian timur memiliki potensi minyak dan gas (migas) yang lebih prospektif ketimbang wilayah Indonesia bagian barat. Wilayah tersebut dianggap potensial, namun belum dapat dieksplorasi secara maksimal.

"Wilayah timur itu high potential. Kalau kita lihat dari all science, berapa data yang kita punyai masih terbatas. Padahal sebenarnya, dari segi geologi kita masih cukup banyak potensi eksplorasi yang bisa ditemukan," ujar Vice Presiden PT Samudera Energi Karsani Aulia, dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis (20/6/2013).

Menurut dia, meski tren eksplorasi migas mulai mengarah ke wilayah tersebut. Hal tersebut terjadi dipicu berbagai faktor. "Karena kalau kita lihat daerah Indonesia bagian timur, itu hampir separuh Amerika, jumlah pemboran masih sangat terbatas," sambungnya.

Dia menambahkan, sejumlah hambatan investor masuk ke wilayah timur, di antaranya biaya (cost) eksplorasi yang sangat tinggi yakni hampir sama dengan ongkos deepwater di Amerika Serikat (AS) lantaran minim infrastruktur.

"Selain itu masih terbatasnya sejumlah data, dan kebijakan serta regulasi yang belum menarik investor," kata dia.

Dia menilai, perusahaan nasional belum mampu melakukan hal tersebut, karena terbentur masalah dana. Sedangkan biaya pemboran satu sumur saja bisa mencapai USD100 juta.

"Apalagi kalau tiba-tiba hilang karena tak ditemukan minyak, itu pasti enggak mau. Di Indonesia belum ada perusahaan nasional yang mau besar-besaran investasi di Indonesia Timur dengan risiko yang demikian tinggi," tegasnya.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta DPR, harus membuat regulasi yang dapat menarik investor menanamkan modalnya di wilayah timur.

"Ya karena geologi beda, Indonesia barat lapangan minyaknya sudah ditemukan sejak zaman Belanda, dan Indonesia timur belum dan infrastruktur itu kan enggak ada, ongkosnya besar. Kalau di Indonesia barat sudah tinggal pakai, kalau di timur harus bikin LNG dulu, harus investment lagi," tukasnya. (wan)

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement