JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengakui untuk pemasangan Sistem Monitoring Pengendalian (SMP) dengan berbasis IT Radio Frequency Indentification (RFID) di SPBU mundur dari target awal.
"Mungkin ke pertengahan Juli dari target semula yakni awal Juli. Karena ini situasi dinamis dan bergerak," ungkap VP Coorporate Communication Pertamina Ali Mundakir kepada wartawan di Kantor Pertamina Pusat, Jakarta (28/6/2013).
Menurutnya, hal ini lantaran pertamina harus fokus untuk menjaga stok saat kenaikan BBM kemarin. "Karena juga menjelang kenaikan harga BBM kemarin, SPBU kan disuruh operasi 24 jam," jelas dia.
Menurut di, untuk pemasangan RFID di kendaraan pun masih menunggu peraturan Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, yang masih didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
"Sekarang peraturan BPH Migas masih didaftarkan di kemenkumham. Secara prinsip sudah ada. Namun kan ini kalau properti (mobil) orang nanti menanyakan dasar hukumnya," jelas Ali.
Seperti diketahui, pemasangan RFID dilakukan secara bertahap mulai 1 Juli dengan jumlah 5.027 lebih SPBU seluruh Indonesia, mulai pemasangan pertama di SPBU Jabodetabek.
Dipasang pada 100 juta kendaraan dan 5.027 lebih di SPBU 33 provinsi. Dengan pembagian 11 juta mobil penumpang. 80 juta motor, tiga juta bus, enam juta truk.
(Martin Bagya Kertiyasa)