JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan program pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hanya akan mengganti maksimal 20 persen beban listrik di suatu wilayah.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, keterbatasan tersebut dikarenakan program pembangunan PLTS yang direncanakan pemerintah tidak memakai baterai.
"Karena tidak memakai baterai, maka beban listrik masyarakat yang diganti PLTS maksimal 20 persen," ungkap Nur di Jakarta, Sabtu (20/7/2013).
Dia menjelaskan, jika PLTS tanpa baterai dipaksakan mengganti beban listrik di atas 20 persen, maka pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang ada di wilayah tersebut akan rusak.
"Kalau tiba-tiba cuaca mendung, maka otomatis PLTS tanpa baterai tidak bekerja dan beban listrik dialihkan ke PLTD," ucap Nur.
Menurut dia, jika kapasitas PLTS besar dan tiba-tiba mati, maka kerja PLTD semakin berat dan akhirnya bisa mati. "Ini berbahaya. Karenanya, kapasitas PLTS secara teknis dibatasi maksimal 20 persen saja," tandasnya.
Sekadar informasi, PLTS dengan modul fotovoltaik tanpa baterai tersebut akan beroperasi hanya siang hari. Investasi PLTS diperkirakan sekitar Rp20 miliar per MW di luar lahan atau Rp3 triliun untuk kapasitas 150 MW. Sedangkan, lahan yang dibutuhkan untuk membangkitkan satu MW sekitar 1,2 ha.
(Martin Bagya Kertiyasa)