Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

OPEC Tak Lagi Jadi Penyumbang Utama Minyak mentah

Danang Sugianto , Jurnalis-Selasa, 26 April 2016 |17:57 WIB
      OPEC Tak Lagi Jadi Penyumbang Utama Minyak mentah
Ilustrasi minyak mentah. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Anjloknya harga minyak mentah dunia yang terjadi hingga saat ini lebih disebabkan banjirnya pasokan minyak yang diproduksi oleh negara-negara yang tergabung dalam OPEC. Meski sudah sedikit membaik, namun harga minyak diperkirakan akan kembali menurun karena negara-negara OPEC akan menambah kapasitas produksi minyaknya.

Namun VP Corporate Development & Chief Market Analyst Jameel Ahmad meyakini, meskipun negara utama OPEC seperti Arab Saudi dan Iran menaikan kapasitas produksinya tidak akan mempunyai pengaruh besar terhadap harga minyak mentah dunia. Pasalnya porsi produksi minyak OPEC dari produksi minyak dunia sudah menurun.

"Oversuplay tetap terjadi, tapi kami tidak yakin OPEC akan naikan produksinya dari yang sekarang. Karena jumlah produksi OPEC sudah bukan mayoritas lagi. Sudah turun jadi 40 persen. Jadi secara keseluruhan sudah tidak pengaruh seperti dulu lagi," tuturnya di Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (26/4/2016).

Jameel mengakui, memang saat OPEC masih menguasai produksi minyak dunia praktek pengaturan harga minyak dunia bisa dilakukan oleh negara-negara utama OPEC. Hal itu guna menjatuhkan negara kompetitor lain yang juga menghasilkan minyak.

"Memang nampaknya OPEC berharap seperti itu. Ketika harga minyak turun maka bisa menjatuhkan negara di luar OPEC, kemudian mereka bisa kembali menaikan harganya," imbuhnya.

Namun praktek tersebut tidak bisa lagi dilakukan, pasalnya telah muncul negara-negara baru penghasil minyak yang terbilang besar. Seperti Amerika Serikat yang menghasilkan shale gas. "Memang sekarang aneh penghasil minyak terbesar sekarang AS. Beberapa tahun lalu saja kita tidak tahu kalau AS bisa menghasilkan minyak," ujarnya.

Jameel memprediksi, harga minyak masih akan tetap tumbuh di tahun ini. Pasalnya secara teknikal sudah menembus level resistance USD35 per barel sehingga masih punya ruang untuk terus meningkat. "Menurut saya harga USD35 per barel itu fondasi yang kuat. Kecil kemungkinan untuk turun lagi," imbuhnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement