JAKARTA - Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) akan mengalami defisit cukup besar dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN lainnya. Prediksi tersebut didasari oleh kesiapan Indonesia dalam menghadapi perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreemnet FTA) antara Asean dengan China.
NPI terhadap negara-negara ASEAN selama 2008 juga mengalami defisit cukup besar. Nilai ekspor ke sejumlah negara ASEAN mencapai USD23,51 miliar sedangkan nilai impor mencapai USD27,17 miliar.
"Indonesia harus berusaha keras menghadapi FTA di antara negara ASEAN dan China. Saat ini, posisi Indonesia setelah FTA tergantung dari bagaimana negara ini memanfaatkan peluang yang nantinya dihadapi," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, di kantornya, Jakarta, Senin (4/1/2010).
Defisit perdagangan Indonesia bisa meningkat atau mengecil setelah pemberlakukan FTA, tergantung bagaimana Indonesia melihat peluang dari perjanjian tersebut. Rusman mengatakan, masyarakat Indonesia hendaknya melihat perjanjian perdagangan bebas AFTA dan CAFTA dari kacamata lebih optimistis.
"Ada dua hal yang perlu dilaksanakan, yaitu mengoptimalkan setiap peluang yang ada serta mengajukan negatif lis dari produk-produk ekspor yang dianggap belum mampu bersaing," ungkapnya.
Data nilai perdagangan tahun 2008 yang dihimpun BPS menunjukkan posisi perdagangan Indonesia dibandingkan dengan Thailand masih mengalami defisit, di mana ekspor produk Tanah Air hanya mencapai USD3,66 miliar sedangkan impor mencapai USD6,33 miliar. Posisi serupa terjadi pada perdagangan dengan Malaysia, di mana Indonesia hanya mampu melakukan ekspor senilai USD6,43 miliar sedangkan impor USD8,92 miliar.
(Candra Setya Santoso)