Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Realisasi Program 100 Hari Diklaim Capai 92,2%

Candra Setya Santoso , Jurnalis-Senin, 04 Januari 2010 |17:06 WIB
Realisasi Program 100 Hari Diklaim Capai 92,2%
Foto: Koran SI
A
A
A

JAKARTA - Realisasi program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II mengalami kemajuan yang pesat. Dalam kurun waktu 50 hari pertama saja, realisasinya mencapai 92,2 persen yang terdiri dari 19 program utama dengan 51 rencana aksi.

"Pada hari ke-50 sudah mencapai 92,2 persen target rencana aksi dapat tercapai. Sehingga pada hari ke-100 bisa 100 persen," ujar Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, saat konferensi pers Evaluasi Kinerja Ekonomi Indonesia 2009 dan Prospek 2010, di kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Senin (4/1/2010).

Dirinya optimistis, beberapa program 100 hari ini telah selesai 100 persen, semisal penyelesaian skema public private partnership (PPP) untuk mengurangi hambatan masuknya investasi dan mengakselerasi pembangunan infrastruktur. Program tersebut merupakan program yang sangat vital untuk menghapus sumbatan (debottlenecking) dan meminimalisir aturan tidak perlu.

Sementara itu, dirinya juga menjelaskan mengenai perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) yang menjadi bulan-bulanan media. FTA sendiri sudah dilakukan sejak 1992. "ASEAN-AFTA direalisasikan pada 2015. Nantinya pada 2020 disepakati perjanjian," ujarnya.
 
Untuk pos CAFTA, jumlah pos tarif yang menjadi nol persen pada Januari 2010 ada 1.597 pos tarif. Sehingga totalnya hingga saat ini mencapai 7.306 pos tarif. "Jadi berlangsung secara bertahap," katanya.
 
Berdasarkan masukan pelaku usaha, untuk CAFTA terdapat 227 pos tarif yang perlu pembicaraan ulang. "Masukan dari Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dan dunia usaha termasuk asosiasi. Karena dianggap berpotensi melelahkan industri," ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) akan mengalami defisit cukup besar dibandingkan dengan sejumlah negara ASEAN lainnya. Prediksi tersebut didasari oleh kesiapan Indonesia dalam menghadapi perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dengan China.

NPI terhadap negara-negara ASEAN selama 2008 juga mengalami defisit cukup besar. Nilai ekspor ke sejumlah negara ASEAN mencapai USD23,51 miliar sedangkan nilai impor mencapai USD27,17 miliar.

"Indonesia harus berusaha keras menghadapi FTA di antara negara ASEAN dan China. Saat ini, posisi Indonesia setelah FTA tergantung dari bagaimana negara ini memanfaatkan peluang yang nantinya dihadapi," ujarnya.

(Candra Setya Santoso)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement