Indonesia Tidak Overheating!

R Ghita Intan Permatasari, Jurnalis
Minggu 24 April 2011 15:35 WIB
Ilustrasi: Grafik
Share :

JAKARTA - Analisa Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyimpulkan bahwa perekonomian Indonesia bersama dengan negara lainnya seperti Argentina, Brazil dan India yang mengalami overheating adalah salah.
"Indonesia tidak perlu over reacted akibat adanya kajian dari IMF mengenai overheating-nya perekonomian Indonesia, karena itu akan mengakibatkan perekonomian Indonesia justru akan mengalami hal tersebut," ungkap Analis Makro Ekonomi Spesialis sekaligus  mantan Konsultan World Bank Telisa Falianty dalam diskusi bertajuk acara Ekonomi Indonesia Overheating, di Pulau Dua Restaurant, Senayan, Jakarta, Minggu (24/4/2011).
Talisa menuturkan Indonesia harus mempunyai suatu strategi untuk menghadapi overheating ini. Bersikap wajar dan tidak bersikap panik seperti menaikkan suku bunga dan sebagainya karena jika kita panik, maka bukan tidak mungkin bahwa perekonomian Indonesia akan terjadi overheating.
Demand yang meningkat tapi tidak disertai dengan suplai itulah yang akan kemungkinan membuat Indonesia jadi overhaating. "Makanya ke depan potensi kita yang akan jadi investment grade ini harus disertai dengan peningkatan kapasitas produksi kita, kemampuan suplai kita. Suplai harus dinaikkan dengan hambatan-hambatan harus diatasi, seperti insentif bagi para pengusaha," paparnya.
Selain itu, supaya tidak overheating kita harus meningkatkan demand bukannya mengetatkan kebijakan atau anggaran. Kalau mengetatkan anggaran,maka sektor rill jadi makin melemah.
"kita harus meningkatkan outlook potensial kita. kita masih banyak faktor produksi yang terbengkalai, pembebasan tanah yang terbengkalai, sdm yang belum dimanfaatkan,"pungkasnya.
Untuk meningkatkan suplai, caranya adalah dengan mengembangkan teknologi, memberikan kebijakan yang capable untuk  meningkatkan suplai di Indonesia. "Contohnya yang antri  sekian jam di Pelabuhan Merak, bagaimana kita mau meningkatrkan suplai kalau ada hambatan-hambatan seperti itu. makanya PR besar infrastruktur indonesia itu kan infrastruktur. Karena di ranking global kompetitif Indonesia masih paling rendah di level infrastruktur. Kalau di makro ekonomi justru sudah bagus. Paling jelek di  infrastruktur. Itu yang paling jelek," ungkap Talisa.
Sekedar informasi IMF menggunakan empat Indikator dalam membuat analisa oveheating yaitu output relatif terhadap tren, output gap, pengangguran dan inflasi.
Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi dibanyak negara emerging market sudah mencapai 2,5 persen atas tren sebelum krisi global (1997-2006). Begitu juga dengan penggangguran yang berada dibawah tingkat sebelum krisi. Sedangkan headline inflation sudah sekira 1,25 persen di atas level sebelum krisis. Demikian pula inflasi inti (core inflation) telah meningkat menjadi 3,75 persen (dibanding sebelum krisis sebesar dua persen) dan terus menunjukkan tekanan yang semakin membesar. Di samping itu, beberapa negara juga mengalami credit boom.
Dengan demikian, IMF berpandangan bahwa Indonesia termasuk emerging countries perlu memperketat kebijakan ekonominya. Penghapusan akomodasi moneter sangat diperkkukan seperti kebijakan memperketat pertumbuhan kredit KPR.
Terakhir, dalam peekoniomian dimana terjadi overshooting nilai tukar rill relatif terhadap nilai fundamentalnya, permasalahan serius mungkin akan terjadi terkait akumulasi cadangan devisa yang mengganggu. langkah-langkah membatasi aliran modal merupakan paket kebijakan di samping kebijakan makroekonomi yang ketat.
Menurut IMF, apa yang dilakukan oleh emerging countries akhir-akhir ini memberi pelajaran bahwa dalam capital control sering diiringi oleh kebijakan fiskal yang ketat, walaupun itu tidak cukup dalam mengontrol kuatnya tekanan terhadap suku bunga riull dan adanya keterbatasan biaya kebijakan. 

(Widi Agustian)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya