JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui bahwa lonjakan impor berupa barang konsumsi mengalami peningkatan besar di kuartal pertama tahun ini mencapai 48,2 persen.
"Impor barang konsumsi yang kita lakukan seperti buah-buahan itu adalah buah yang tidak ditanam di Indonesia," ujar Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, saat konferensi pers, di Jakarta, Selasa (3/5/2011).
Sementara itu, demi menekan angka ini, Kemendag melakukan berbagai upaya seperti diversifikasi produk, meningkatkan produksi dalam negeri dan meningkatkan efisiensi logistik pengiriman.
Lebih lanjut, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan bahwa dampak gempa tsunami Jepang sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia belum bisa dibaca di kuartal pertama ini. "Belum ada data karena kejadiannya kan 11 Maret kemarin ya, mungkin nanti di kuartal kedua" paparnya.
Adapun impor Indonesia berasal dari barang modal dan bahan baku atau penolong tercatat sebesar USD6,8 miliar nilai impor untuk barang modal dan USD28,7 miliar untuk bahan baku atau naik sekira 15,8 persen dan 31,3 persen di kuartal pertama.
Lebih lanjut, yang mengalami lonjakan impor paling besar berasal dari sektor barang konsumsi yang naik sebesar 48,2 persen. "Namun, kenaikannya masih lebih rendah dibanding 2010 lalu yang mencapai 63,3 persen," lanjut Mari.
Mahendra menyatakan, angka impor dari barang konsumsi berasal dari bahan bakar yang tidak diproduksi di Indonesia yang mencapai 60 persen, barang- barang automotif dan buah-buahan dari China.
Mari pun menyatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia-China mengalami defisit sekira USD0,7 miliar dibanding Maret tahun lalu. "Namun, ekspor kita juga naik USD1,4 miliar," kata Mari.
Sebagai informasi, Indonesia mengimpor barang-barang terbanyak China, Jepang, dan Thailand. Sementara itu, angka impor Indonesia dari Amerika kuartal ini mengalami penurunan.