JAKARTA - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dilihat dari sisi pengusaha akan menjadi ancaman bagi industri nasional, di mana biaya produksi akan naik. Diduga, industri akan lebih sulit berkompetisi dengan produk dari luar seperti, China. Dampaknya, deindustrialisasi akan semakin dipercepat.
"Tapi, lucunya kok Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tidak protes ya atas rencana kenaikan BBM saat ini. Pastinya ada kompensasi yang diminta Apindo," tukas Sekretaris Jenderal (Sekjend) OPSI Timboel Siregar, di Jakarta.
Aktivis buruh itu menjelaskan, secara teori, inflasi disebabkan tiga hal. Pertama, inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation), di mana permintaaan lebih besar dari penawaran. Kedua, Inflasi desakan biaya (cost push inflation) yakni, inflasi karena naiknya biaya.
Ketiga, inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang impor. "Nah, kalau karena BBM naik maka, cost push inflation yang akan terjadi," terang Timboel.
Dia menilai pemerintah terkesan mendramatisir kenaikan harga BBM dengan mengaitkan isu penggulingan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Aktor yang dituding dibalik isu penggulingan tersebut adalah Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto. "Terlepas dramatisir karangan SBY, kita harus tolak kenaikan BBM karena akan menambah kemiskinan," tandasnya.