JAKARTA - Bencana alam yang terjadi di Amerika Serikat (AS) membuat aktivitas perekonomian negara tersebut harus terhenti. Hal tersebut membuat pelaku pasar menunggu dampak dari bencana tersebut yang mengakibatkan perdagangan di New York dan Nasdaq dihentikan.
Menurut Direktur Perdagangan dan Pengaturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat hingga saat ini belum ada pengaruh secara sistematis karena penutupan bursa disana disebabkan karena force majeure.
"Dampak seharusnya memang tidak ada terhadap bursa di Indonesia, apalagi kalau kita lihat kan penutupan tersebut disebabkan oleh force majeure," katanya di Jakarta, Rabu (31/10/2012).
Samsul menambahkan, bahwa dirinya tetap berharap bahwa penutupan bursa tidak berlangsung lama karena dikhawatir akan berakibat pada transaksi perdagangan internasional. "Pokoknya kita harapkan saja agar bencana ini segera berahkhir, dan bursa disana bisa pulih kembali," tambahnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Riset Trust Securitie Reza Priyambada yang mengatakan bahwa penutupan pada bursa New York dianggap sebagai sentimen negatif, jadi tidak akan berpengaruh secara langsung kepada perdagangan bursa kita.
"Sebetulnya bila kita lihat, bukan badai atau bencananya, tapi kan bagaimana pergerakannya, apalagi IHSG sendiri kan korelasinya lebih kuat ke Hang Seng dan Nikkei, jadi tidak berpengaruh langsung ke kita," ujarnya.
Reza juga menambahkan, adanya bencana ini akan mengganggu aktivitas di Amerika, tapi tidak secara langsung pada kita, kondisi ini akan direspons negatif, tapi dengan adanya berita positif yang datang dari Eropa dianggap dapat meredam sentimen negatif tersebut.
"Tapi namanya bencana alam kan tidak akan terus terjadi, ada saatnya berhenti, setelah berakhir akan terlihat bagaimana responsnya nanti, selain itu para investor juga wait and see keluarnya rilis terbaru serta sentimen dari Bank Central Jepang," tambahnya.
Sementara bencana ini menurut Reza tidak mempengaruhi rupiah, pelaku pasar mengantisipasi terhadap rilis dan sentimen dari bank sentral Jepang.
Menurut analis valas Rahadyo Anggoro, badai sandy tersebut berpengaruh terhadap tidak terlalu banyaknya pergerakan pada rupiah karena pasar Amerika yang tutup. "Adapun yang mempengaruhi valas dalam negeri karena kebutuhan valas akhir bulan saja, itu untuk pembayaran kewajiban nasabah korporasi," ungkap dia.
(Widi Agustian)