JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, membengkaknya impor Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadikan faktor utama penyebab besarnya defisit pada transaksi berjalan mendapat penilaian negatif dari pasar.
Gubernur BI Darmin Nasution menambahkan, bengkaknya nilai impor BBM membuat defisit transaksi berjalan membesar dan ini menjadikan kualitas neraca pembayaran Indonesia terlihat buruk di mata pasar jika dibandingkan dengan negara lain.
"Defisit transaksi berjalan 2012 lebih tinggi dari perkiraan BI baik secara kuartalan maupun keseluruhan," ujar Darmin, saat ditemui usai Salat Jumat, di kawasan Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/2/2013).
Sedangkan yang mengundang persepsi negatif dari pasar bukanlah besaran defisit transaksi berjalan melainkan kualitasnya. "Kalau defisit transaksi berjalan karena impor barang modal dan bahan penolong kualitasnya tetap bagus, tapi kalau ada hal lain itu yang tidak bagus. hal lainnya itu seperti impor BBM," jelas Darmin.
Darmin menjelaskan, neraca pembayaran Indonesia pada 2012 lalu itu masih tertolong oleh surplus di neraca modal yang bisa menutupi defisit transaksi berjalan, maka dengan demikian, neraca pembayaran secara keseluruhan masih surplus.
Namun, gubernur BI tersebut kembali mengingatkan, bahwa defisit yang terjadi pada neraca transaksi berjalan akan menimbulkan penilaian negatif pada pasar jika penyebabnya tersebut adalah faktor-faktor yang tidak sehat.
"Sepanjang defisit transaksi berjalan itu berkualitas, yaitu yang disebabkan oleh impor barang modal, tapi kalau ada hal lain itu yang tidak bagus," tukasnya.
(Widi Agustian)