JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengakui, untuk memenuhi kebutuhan BBM yang sebesar 1,3 juta barel per hari (Bph), selama ini pihaknya selalu mengimpor BBM jenis RON 88.
"Kita sudah berpuluh tahun membeli dan menggunakan RON 88 sebagai jenis utama BBM bersubsidi. Itu diimpor dari anak usahanya di Singapura yaitu Petral," ungkap Komisaris Utama PT Pertamina Sugiharto, Jakarta, Rabu (24/4/2013).
Sementara itu, terkait dengan impor BBM dan crude (minyak mentah) yang per harinya mencapai 700 ribu barel, Sugiharto menilai karena produksi Indonesia kurang dan kapasitas kilangnya hanya satu juta bph.
"Impor yang dilakukan akibat dari keterbatasan kapasitas kilang milik Indonesia sehingga Pertamina terpaksa melakukan impor BBM dan crude oil," jelas dia.
Sebelumnya, Pengamat Energi Fabby Tumiwa mengatakan sudah saatnya Indonesia menambah kilang minyak. Pasalnya kebutuhan BBM di Indonesia sekira 1,3 juta sampai 1,4 juta barel per hari dengan kapasitas kilang domestik hanya 900ribu bph.
"Perlu kita bangun kilang untuk kurangi impor. Ini keputusan bisnis dan politik energi. Saya cenderung melihat kapasitas kilang kita harus ditambah," ungkap Fabby.