BANDA ACEH - Kota Lhokseumawe kembali mencatat inflasi tertinggi di Sumatera dengan indeks sebesar 0,88 persen pada Mei 2013. Inflasi disebabkan naiknya harga barang dan jasa pada tiga kelompok komoditas yakni bahan makanan, perumahan dan pendidikan.
"Inflasi Lhokseumawe ini termasuk paling tinggi dari 16 kota di Sumatera, di atas Padang dan Jambi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Hermanto dalam konferensi pers di Banda Aceh, Senin (3/6/2013).
Indeks Harga Konsumen (IHK) di Lhokseumawe naik satu digit dari 139 pada April lalu. Laju inflasi sepanjang tahun ini mencapai 5,04 persen sedangkan secara year on year sebesar 4.92 persen, tercatat yang terendah di Indonesia.
Menurutnya inflasi dipicu kenaikan harga pada kelompok bahan makanan yang mencapai 2,47 persen, kemudian disusul kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.
"Cabai merah yang harganya naik, menyumbang andil besar terhadap inflasi di Kota Lhokseumawe. Naiknya harga kontrak rumah juga ikut memicu," ujar Hermanto.
Dia mengatakan ada perbedaan signifikan harga komoditas antara kota yang memberlakukan larangan mengangkan di sepeda motor bagi perempuan itu dengan Banda Aceh pada bulan lalu. Bila Lhokseumawe inflasi, Banda Aceh justru mengalami deflasi sebesar 0,19 persen.
Deflasi di Ibu Kota Provinsi Aceh disebabkan turunnya harga pada 30 jenis barang dan jasa, seperti tomat, udang basah, emas perhiasan dan bawang merah yang memberi andil besar terhadap deflasi. Sementara cabai merah tetap menunjukkan kenaikan harga, namun tak sebesar di Lhokseumawe.
"Hal ini dipengaruhi dari pola konsumsi. Konsumsi cabe merah di masyarakat Lhokseumawe lebih besar dibanding Banda Aceh," tuturnya.
Selain itu karakter pembeli di Lhokseumawe dan Banda Aceh juga ikut mempengaruhi perkembangan IHK pada dua kota itu. Di Lhokseumawe, lanjut Hermanto, konsumen cenderung percaya pada satu pedagang yang sudah menjadi langganannya, sementara di Banda Aceh lebih beragam.
"Artinya kalau harga mahal di sini, dia akan membeli ke tempat lain. Kalau di Lhokseumawe konsumennya lebih mengandalkan satu pedagang yang sudah dipercayainya, walaupun mahal," sebut Hermanto.
Mengacu pada IHK Lhokseumawe dan Banda Aceh, BPS menyimpulkan, secara agregat Aceh mengalami inflasi 0,34 persen. Laju inflasi provinsi itu mencapai 3,22 persen dan secara year on year 3,50 persen. (wan)
(Widi Agustian)