JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri swasta pada periode Juli sebesar USD133,938 miliar atau Rp1.520,46 triliun, jika mengacu kurs tengah BI di kisaran Rp11.352 per USD. Dari jumlah tersebut, tercatat sebesar USD24,645 miliar atau Rp279,72 triliun dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Lalu siapakah swasta yang paling gencar menerbitkan surat utang dengan nominasi valuta asing (valas). Melansir data BI, Kamis (26/9/2013), dalam kurun waktu enam tahun terakhir atau sejak 2007, tercatat utang yang dimiliki oleh gabungan keluarga Bakrie paling tinggi.
Adapun total penerbitan utang nominasi valas perusahaan keluarga Bakrie ini, mencapai USD1,877 miliar atau Rp21,30 triliun. Utang-utang tersebut, tersebut terdiri dari surat utang PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sebesar USD380 juta atau Rp4,313 triliun, dengan rincian USD250 juta pada 7 Mei 2010, dan USD130 juta pada 24 Januari 2011.
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) USD122 juta atau Rp1,441 triliun, dengan rincian sebesar USD50 juta pada 7 Maret 2007, dan sebesar USD77 juta pada 11 Maret 2010.
Sementara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar USD1,375 miliar atau Rp15,606 triliun, dengan rincian sebesar USD375 juta pada 5 Agustus 2009, sebesar USD300 juta pada 13 November 2009, dan USD700 juta pada 30 September 2010.
Perusahaan selanjutnya, yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) sebesar USD1,280 miliar atau Rp14,528 triliiun, dengan rincian sebesar USD250 juta pada 30 April 2007, sebesar USD230 juta pada 5 November 2009, sebesar USD115 juta pada 5 Mei 2011, dan sebesar USD500 juta pada 24 Februari 2013.
Menyusul Indika, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mengikuti dengan USD1,171 miliar atau Rp13,290 triliun, dengan rincian sebesar USD271 juta pada 11 Mei 2010, sebesar USD125 juta pada 11 Februari 2011, sebesar USD150 juta 16 Mei 2012, sebesar USD395 juta pada 15 Oktober 2012, sebesar USD100 juta pada 22 Oktober 2012, dan sebesar USD130 juta pada 14 Januari 2013.
Selanjutnya, PT Cikarang Listrindo sebesar USD762 juta atau Rp8,648 triliun, dengan rincian sebesar USD300 juta pada 29 Januari 2010, dan sebesar USD462 juta 21 Februari 2012
Perusahaan berikutnya, yakni PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) USD675 juta atau Rp7,456 triliun, dengan rincian USD175 juta pada 22 Juli 2010, dan sebesar USD500 juta pada 27 Mei 2012. Dan PT Gajah Tunggal Tbk (GTBO) sebesar USD595 juta atau Rp6,753 triliun, dengan rincian sebesar USD95 juta pada 4 Juni 2007, dan sebesar USD500 juta pada 16 Februari 2013.
(Martin Bagya Kertiyasa)