Seperti diketahui, pemerintah disebut-sebut akan menaikkan harga BBM bersubsidi sebelum bulan Desember, namun banyak pihak yang berpendapat bahwa kenaikan akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok.
"Kita baru bicara pertumbuhan ekonomi daya dukungnya dari sisi fiskal, sering menganggap kalau ada kenaikan BBM, pertumbuhan ekonomi rendah, belum tentu" Tegas Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo saat ditemui di Gedung BI, Kamis (13/11/2014).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang melemah pada kuartal III lebih disebabkan karena pemerintah mengamankan defisit fiskal.
"Tahun ini kenapa rendah, karena terjadi kontraksi di sisi pemerintah, karena ingin mengamankan defisit fiskal 2,4 persen GDP," jelasnya.
Dengan pengalihan subsidi, tambahnya, ada penghematan yang bisa digunakan untuk mendorong stimulus fiskal. Pihaknya berpendapat jika dana subsidi bisa digunakan untuk sektor yang bisa mendorong stimulus fiskal, target pertumbuhan ekonomi akan bisa dicapai.
"Apalagi kalau ada perbaikan investasi kenaikan infrastruktur, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara itu dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dunia meningkat, permintaan dunia meningkat, itu membuat ekspor kita meningkat, kita masih cukup confidence 5,4 persen, 5,6 persen akan tetap dicapai," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)