Harga Meroket, Waspadai Skenario Mafia Daging Sapi

, Jurnalis
Selasa 11 Agustus 2015 10:23 WIB
Harga meroket, waspadai adanya skenario mafia daging sapi (Ilustrasi: Okezone)
Share :

JAKARTA – Meroketnya harga daging sapi beberapa pekan terakhir menimbulkan dugaan adanya mafia daing sapi.

Hal ini disampaikan disampikan Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Heri Gunawan. Menurut dia, ada keanehan dalam kenaikan harga daging sapi yang direspon dengan aksi mogok pedagang selama empat hari sejak 8 Agustus ini.

"Anehnya harga daging sapi di pasaran menembus Rp 100.000/kg yang disebut kenaikan tertinggi dalam 3 dekade terakhir. Ini luar biasa. Namun, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan instansi terkait seperti Bulog sangat lamban melakukan intervensi harga," ujar Heri di Jakarta.

Anggota Fraksi Partai Gerindra itu mengatakan secara jelas dalam Perpres tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Penting (Bapokting), Menteri Perdagangan punya wewenang penuh melakukan intervensi harga, terutama pada kondisi-kondisi tertentu dan luar biasa.

Diamnya Kemendag, menurut dia, bisa memunculkan penafsiran "ada main" dengan mafia sapi yang saat ini sedang gusar dengan dibatasinya impor sapi. Mafia berpotensi merugi besar akibat pengurangan impor yang dilakukan Pemerintah atas alasan perwujudan kedaulatan pangan.

Pada kwartal III-2015, izin impor sapi yang sekarang ada di Kemendag hanya 50 ribu ekor. Angka itu terjun bebas dari dari kwartal sebelumnya yang mencapai 270.000 ekor.

Heri menghitung, jika 1 ekor sapi Australia termasuk pengapalan, dan lain-lain harganya Rp 10 juta, maka eksportir kehilangan potensi omset sebesar (270.000 - 50,000) x Rp 10 juta atau Rp2,2 triliun setiap kuartal.

"Berarti total hilangnya omset dalam 1 tahun adalah Rp2,2 triliun x 4, yakni Rp8,8 triliun. Angka yang fantastis! Tidak heran mereka berupaya membuat rekayasa agar pemerintah tetap impor," katanya.

Sinyalemen rekayasa eksportir, lanjut dia, makin kuat dengan bermainnya mereka pada harga tertinggi. Targetnya menciptakan situasi seolah situasi semakin kritis sehingga Kemendag melakukan intervensi radikal berupa impor.

"Rekayasa mafia itu terstruktur. Modus yang mereka mainkan macam-macam, mulai memainkan harga beli sapi di peternak serendah mungkin hanya berkisar Rp25.000 - Rp30.000/kg, memotong sapi betina bunting untuk dijual di pasar, dan lain-lain," ujarnya.

Peternak sapi tidak pilihan sama sekali selain menjual sapi mereka dengan harga yang murah. Lebih-lebih di saat musim kemarau seperti sekarang, ketika pakan ternak sulit didapat.

Legislator dari Dapil Jabar IV (Kota dan Kabupaten Sukabumi) itu mengatakan pada kenyataannya di lapangan harga sapi di beberapa daerah masih murah bahkan peternak masih kesulitan menjual sapi di pasar.

"Kalau ada yang mengatakan para peternak sapi menahan sapi menunggu Hari Raya Qurban, itu pernyataan keliru. Di beberapa pasar di daerah Jawa Tengah harga sapi masih wajar bahkan kecenderungan sepi tidak ada pembeli karena daya beli menurun. Tapi di seputaran ibukota Jakarta kok naik," kata dia.

Para mafia, lanjut dia, sudah menguasai harga dari hulu hingga hilir. Heri meminta Kemendag lebih proaktif dan segera mengintervensi harga dengan menetapkan harga eceran tertinggi dan harga khusus terutama menjelang Idul Adha.

Selain itu, Kemendag harus lebih proaktif berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan institusi terkait seperti Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan dan pengamanan distribusi.

"Jangan sampai peternak-peternak itu terus menjual sapinya ke lingkaran mafia. Harus dipastikan juga sebisa mungkin peternak tidak menjual daging sapi dalam bentuk gelondongan kepada tengkulak. Tapi, dalam bentuk karkas (daging segar, red) secara langsung ke pasar," ujar Heri.

Heri meminta Kemendag jangan kalah dan menurut kepada kemauan mafia. Demikian dengan Bulog harus berperan secara proaktif. "Kementerian Pertanian juga harus dapat melindungi para peternak sapi di Indonesia," katanya. (rwd)

(M Budi Santosa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya