Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina menjelaskan, kebutuhan tomat hanya 520 ribu ton, maka dengan begitu, surplus per tahun bekisar antara 396 ribu sampai 400 ribu ton.
"Tomat kita selalu surplus," ungkapnya di Kementerian Perdagangan, Senin (17/8/2015).
Namun sayangnya, industri pengolahan tomat di Indonesia belum berkembang. Sehingga belum bisa menampung kelebihan pasokan tersebut. Hal ini yang kerap kali menjadi penyebab murahnya harga tomat di kalangan petani.
"Industri hilir pengolahan belum berkembang jadi perlu didorong, industri menengah dan kecil mana yang membutuhkan itu (tomat) untuk kita pasok," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)