Managing Director Omni Invest, Andry Tjoe, mengatakan perang curreny yang dilakukan beberapa negara membuat dolar AS semakin menguat. Ditambah lagi, China juga mengambil kebijakan untuk menurunkan mata uang mereka.
"Kita perlu perhatikan kondisi perekonomian secara eksternal dan internal. Kenaikan suku bunga the Fed juga masih menjadi perhatian pasar," kata dia dalam acara Market Sight di iBCM, Jakarta, Senin (31/8/2015).
Menurutnya, saat ini investor tengah mengamati pergerakan pasar, seiring dengan kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah. "Paket kebijakan baru ini diharapkan pro market, seperti tax holiday. Pasar berharap, pak Darmin (Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution) yang memiliki kemampuan di semua sektor, memiliki experience yang menenangkan pasar," katanya.
Pagi ini, Bloomberg Dollar Index mencatat, Rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF) melemah 33 poin atau 0,2 persen menjadi Rp14.016 per USD. Pagi ini, Rupiah bergerak dalam kisaran Rp13.992-Rp14.033 per USD.
(Martin Bagya Kertiyasa)