"Tadinya mau tingkat menteri, tapi kemudian terpikir begini, Menteri belum tahu kok langsung rapat, lah ini tak betul. Ini mestinya bagi dulu bahannya setelah itu kasih waktu untuk mempelajarinya. Supaya itu teratasi, kita undang eselon satunya dulu," paparnya.
Rapat para eselon satu itu sendiri, jelas dia, merupakan pembahasan draft studi proyek pembangunan kereta cepat. "Studinya itu sudah lengkap walaupun dia mengingatkan bahwa banyak hal loh yang belum dicover oleh studinya," pungkas Darmin.
Seperti diketahui, ada dua negara yang memberikan pinjaman dana untuk pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung itu, yakni Jepang dan Tiongkok. Keduanya memberikan tawaran yang berbeda.
Jepang menawarkan dapat membangun kereta api cepat Jakarta-Bandung berkecepatan 200 kilometer hanya dengan waktu tempuh sekitar 36 menit. Sedangkan Tiongkok menawarkan hal yang sama dan tidak memakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(Fakhri Rezy)