JAKARTA - Industri tenun dan batik mampu memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional dengan nilai ekspor yang mencapai USD151,7 juta pada 2016. Karena itu, sebagai kontributor bagi pertumbuhan industri kreatif, para perajin kain tradisional asli Indonesia tersebut akan didorong untuk terus meningkatkan produktivitas dan inovasi agar lebih berdaya saing di pasar domestik maupun internasional.
”Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah memacu kinerja industri padat karya berorientasi ekspor karena mampu memberikan efek berganda bagi pemerataan kesejahteraan masyarakat, salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui siaran pers.
Airlangga menuturkan, pihaknya telah menetapkan 10 industri padat karya berorientasi ekspor yang diprioritaskan. Salah satu industri pada karya yang dikembangkan pada tahun ini adalah industri kreatif.
Kemenperin mencatat, industri kreatif menyumbang sekitar Rp642 triliun atau 7,05% terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2015. ”Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner sebanyak 34,2%, fashion27,9% dan kerajinan 14,88%. Selain itu, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan kontribusinya mencapai 10,7% atau 11,8 juta orang,” paparnya.
Airlangga optimistis terhadap potensi industri tenun dan batik nusantara. Hal ini karena didukung kekayaan budaya Indonesia yang terus melahirkan berbagai jenis wastra dari masing-masing daerah dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.