JAKARTA - Asosiasi Pelaku reksa dana dan Investasi Indonesia (APRDI) menargetkan 5 juta investor reksa dana hingga akhir 2017. Akan tetapi, realisasi hingga saat ini masih jauh dari target yakni 450.000 investor. Bahkan, tertinggal jika dibandingkan dengan investor saham yaitu 580.000 investor. Padahal reksa dana adalah instrumen paling mudah di pasar modal.
Ketua Dewan Asosiasi Pelaku reksa dana dan Investasi Indonesia (APRDI), Prihatmo Hari Mulyanto, mengakui bahwa target ini memang berat bagi APRDI. Tetapi, pihaknya masih akan terus berupaya mencapai target tersebut.
"Itu yang terus terang hal terberat di kita untuk menambah jumlah investor terutama perorangan dalam waktu dekat, tapi kita tidak putus asa kita berusaha terus," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (7/6/2017).
Prihatmo mengatakan, ada beberapa langkah inovatif yang diaplikasikan untuk menggaet investor reksa dana. Salah satunya adalah penggunaan financial technology (fintech). Sayangnya, upaya ini dirasa belum dapat menambah jumlah investor secara masif.
"Investasi reksa dana secara otomatis autodebit sudah dilakukan oleh teman Manajer Investasi dan bank selling agent. Kalau menambah investor iya tapi kalau secara masif belum," tambahnya.
Sementara itu, total dana kelolaan atau assets under management (AUM) reksa dana baru mencapai R560 triliun, mengalami peningkatan sebesar 8% year to date. Kenaikan ini ditopang produk reksa dana fix income based, reksa dana pasar uang, dan reksa dana proteksi pendapatan tetap.
Prihatmo mengharapkan dengan penyematan rating layak Investasi dari S&P akan berdampak baik bagi geliat investasi reksa dana di Indonesia."Kita lihat dari kemarin yang sudah ditunggu sudah datang, saya rasa akan bagus bagi investasi kita," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)