Selain itu, utang yang semakin banyak dikatakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang saat ini belum terlihat manfaatnya, tapi nantinya akan dirasakan oleh generasi selanjutnya.
"Indonesia itu tertinggal di bidang infrastruktur, dari grafik terlihat bahwa income per kapita yang mirip seperti kita, Indonesia ada di bawah rata-rata yang biasanya hampir semua negara itu indeks infrastrukturnya segitu. Jadi kita below that line dibanding rata-rata saja, apalagi dibanding negara maju," katanya.
Selain untuk infrastruktur, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga mengatakan, utang Indonesia yang semakin meningkat juga karena alokasi dana untuk pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.
"Pemerintah juga memanfaatkan utang untuk pemenuhan belanja pendidikan dan kesehatan yang masing-masing tetap dijaga 20% dan 5% terhadap APBN. Peningkatan utang juga memungkinkan pemerintah untuk menambahkan alokasi belanja DAK fisik dan dana desa serta perlindungan sosial," tukasnya.
(Fakhri Rezy)