JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengaku sering ditodong pertanyaan oleh investor terkait kondusivitas berinvestasi di pasar modal Indonesia.
"Investor di Indonesia selalu nanya saya, investasi melalui bursa kalau ada hal-hal yang mungkin diprediksi beri sentimen negatif," kata Wimboh di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/8/2017).
Wimboh mengakui, instrumen yang mampu menjaga situasi aman di pasar modal Indonesia masih minim. "Baik itu currency-nya maupun instrumennya di mana itu fixed income itu masih sangat sedikit kalau pun ada paling over the counter (OTC). Over the counter ini sangat variatif," paparnya.
Oleh karenanya, dia berharap ke depannya semakin ditingkatkan instrumen di pasar modal agar likuiditasnya semakin kuat. Dengan likuidnya pasar modal, kondusivitas akan semakin baik. Namun, agar pasar modal lebih aman regulasi juga harus diperhatikan.
"Sehingga ke depan mestinya selain instrumen yang ada, kita perbanyak juga akan kita buat regulated market. Sehingga standard instrument yang ada, fixed income satu bulan, dua bulan, tiga bulan maupun long term itu mestinya ada dan itu harus ada regulasi," jelasnya.
Menurut Wimboh, harus ada standar pada regulasi yang melindungi pasar di Indonesia, sehingga pelaku pasar lebih merasa aman dan nyaman untuk berinvestasi di pasar modal. "Sehingga kalau nanti orang investasi ada media hedging-nya, sehingga tidak langsung dijual dan lari balik (capital outflow). Ini masalahnya kalau investor asing enggak percaya ya jual, balik ke negaranya," ungkapnya.
Menurutnya, capital outflow bisa menjadi dampak buruk yang bisa menyebabkan mata uang Rupiah melemah, harga-harga saham anjlok dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya instrumen regulasi yang dimaksud, bisa mencegah aliran dana asing yang ditarik ke luar Indonesia.
"Ini jangan sampai begitu, kalau bisa, kalau dia enggak percaya, ada instrumen hedging-nya domestik, dan tentu dia tetep stay di Indonesia baik itu currency maupun instrumen lain," tandasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)