JAKARTA - Korea Utara (Korut) baru-baru ini melakukan uji coba bom nuklirnya. Hal itu dianggap menjadi peringatan bagi kestabilan perekonomian di kawasan Asia. Di tambah, Amerika Serikat (AS) tersulut emosi atas sikap Korut tersebut.
"Diperkirakan memang akan ada efek, kalau ada perang di Korea sendiri terhadap pergerakan ekonomi Asia," kata Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee ketika dihubungi Okezone di Jakarta, Senin (4/8/2017).
Baca juga: Pasca-Rudal Korea Utara, Wall Street Dibuka Tak Banyak Bergerak
Korea Utara kembali menguji bom nuklirnya yang diklaim memiliki pengaruh paling kuat. Bom ini juga memiliki kemampuan misil jarak jauh. Hal itu diperkirakannya akan berdampak pada perekonomian Asia yang selama ini cenderung stabil.
"Jadi kalau kita lihat sudah beberapa tahun terakhir ini kondisi ekonomi cukup bagus ya karena tidak ada konflik-konflik yang terjadi dan sekarang kalau kita lihat provokasi-provokasi Korea Utara pasti memberikan tekanan kepada ekonomi Asia ya kalau terjadi perang," lanjut dia.
Baca juga: Pelaku Pasar Tunggu Dampak Peluncuran Rudal Korut, Wall Street Ditutup Menguat
Hans menilai, pelaku pasar di lingkup Asia, kemungkinan besar akan merespons sikap Korea Utara secara negatif. Sehingga hal itu memberikan dampak yang tidak baik terhadap perekonomian Asia.
"Tentu (sikap Korea Utara) ini menimbulkan kekhawatiran ya kepada isu global, di regional terutama," lanjut Hans.
Baca juga: Rudal Korea Utara Guncang Pasar Saham AS, Dow Jones Turun 100 Poin
Tak hanya berdampak negatif terhadap perekonomian di Asia, kata Hans kondisi pasar di Amerika Serikat juga sedikit banyak terdampak oleh langkah yang diambil oleh Korea Utara. "Kalau kemarin kalau saya lihat Amerika sebenarnya membaik ya, tapi melemah karena masalah Korea Utara," tandasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)