Punya Rp600 Triliun, Kekayaan Bos Tencent Nyaris Salip Bos Google

JAKARTA - Saham raksasa internet China, Tencent Holdings, menyentuh rekor di pasar saham Hong Kong pada akhir pekan kemarin. Seiring dengan kenaikan harga saham tersebut, kekayaan Chairman Ma Huateng pun naik ke level tertinggi sepanjang masa yang mencapai USD45 miliar atau Rp600,07 triliun (kurs Rp13.335 per USD)

Bahkan, saat ini kekayaannya telah setara dengan para pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin di peringkat Forbes Real-Time.

Kenaikan saham Tencent sebesar 3% pada akhir pekan kemarin menjadi 403,4 dolar Hong Kong, seiring dengan kenaikan pendapatan Tencent sebesar 69% pada kuartal III menjadi USD2,7 miliar. Saham Tencent pun meraup kenaikan sebesar 4,7% selama seminggu.

Tencent didirikan pada tahun yang sama dengan Google yaitu pada 1998, dan telah membangun kekuatan pertama pada online games dan messaging. Tencent tampil sebagai industri raksasa pada dua dekade terakhir, seiring dengan China dengan penduduk terbanyak di dunia yang menyumbang angka terbesar untuk pengguna internet dan smartphone.

Banyak orang mengharapkan perekonomian China dapat mengungguli Amerika Serikat (AS) sebagai perekonomian terbesar di dunia pada 2030, juga memberikan ruang bagi pebisnis seperti Tencent untuk berkembang. Perusahaan lokal seperti Tencet diuntungkan pemerintah China, yang membatasi akses ke layanan terkait Internet.

Tercatat, empat dari 10 miliarder dalam Daftar Terkaya Forbes Cina pada 2017 berasal dari industri teknologi. Daftar tersebut dihitung menggunakan harga dari 27 Oktober. Chairman Evergrande Hui Ka Yan, Ma dari Tencent, dan Chairman Alibaba, Jack Ma saling berlomba untuk menduduki posisi orang terkaya di Asia dan China dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara Ma Huateng adalah satu dari 27 orang yang menjadi anggota Daftar Terkaya Forbes Cina setiap tahun sejak tahun 2003 lalu. Saat ini, kekayaan Ma Huateng sebesar USD45 miliar yang membuatnya menduduki posisi 17 sebagai orang terkaya dalam Daftar Real-Time Miliarder dari Forbes dan nomor satu di Asia.

(Martin Bagya Kertiyasa)