Sinyal Positif Pertumbuhan Ekonomi 2018

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 29 November 2017 10:30 WIB
Foto: Koran SINDO
Share :

JAKARTA - Kondisi ekonomi global yang membaik diiringi peningkatan ekspor dan investasi menjadi sinyal positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian pada 2018 bisa tumbuh di kisaran 5,1-5,5%. Adapun tahun ini BI memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada di angka 5,1%, lebih rendah dibanding target pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017 sebesar 5,2%. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 akan didukung dengan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ekonomi global akan mendorong perekonomian domestik,” ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo pada acara Pertemuan Tahunan BI 2017 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.

Dia menambahkan, perkembangan ekonomi Indonesia sebagai suatu perekonomian terbuka tidak terlepas dari berbagai perkembangan eksternal. Kondisi tersebut mendorong kinerja ekspor serta peningkatan investasi oleh swasta sepanjang 2017. Selain itu, ujar dia, strategi pemerintah mempercepat penyaluran belanja pada semester kedua dengan tetap memelihara dan menyeimbangkan kebijakan jangka pendek dengan jangka panjang juga terbukti mampu mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi. Agus melanjutkan, di tengah pemulihan ekonomi yang terjadi, BI memandang perekonomian dalam negeri masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan.

Baca Juga: Hadapi Tahun Politik, Simak Arah kebijakan Moneter BI

Untuk itu, semua pemangku kebijakan harus melakukan langkah-langkah pembenahan dengan berprinsip pada tiga kebijakan publik. “Pertama harus berorientasi ke masa depan, berkesinambungan, dan berimbang,” ujar Agus. Adapun strategi implementasi kebijakannya harus fokus pada tiga elemen utama pertumbuhan ekonomi yakni penguatan modal fisik, penguatan modal manusia, dan peningkatan produktivitas. Terkait arah kebijakan moneter, BI akan terus menempuh stance kebijakan moneter yang terukur sejalan dengan upaya menjaga inflasi. BI optimistis bisa menjaga level inflasi pada tahun depan di kisaran 3,5% plus minus 1%.

Kredit Diprediksi Tumbuh 12%

Pada kesempatan tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan tahun depan di kisaran10-12%. Sementara dana pihak ketiga (DPK) diprediksi tumbuh 9%-11%. “Sektor riil masih belum pulih karena masih ada beberapa masalah struktural,” kata Agus. Guna mengoptimalkan pertumbuhan kredit tahun depan, BI akan mengeluarkan beberapa kebijakan terkait makroprudensial di antaranya mengimplementasikan aturan giro wajib minimum (GWM) rata-rata secara bertahap dan terstruktur. BI juga akan menyempurnakan aturan likuiditas dengan aturan financing to funding ratio.

Dalam jangka pendek, ujar Agus, stimulus pemerintah akan berperan penting dalam mendorong perekonomian. Stimulus yang dimaksud ada momen pemilihan kepala daerah (pilkada) dan Asian Games 2018 yang digadang-gadang mampu mengerek permintaan konsumsi domestik. “Investasi pemerintah dalam bentuk proyek-proyek infrastruktur tetap akan mewarnai pertumbuhan investasi ke depan,” imbuh dia. Dalam jangka menengah, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada periode 2019- 2022 akan berada pada kisaran 5,8-6,2%. Faktor pendorongnya adalah dari sisi suplai yang lebih kuat dalam mengakomodasi permintaan. Sementara inflasi akan terkendali dalam kisaran 3% plus minus 1% pada 2022.

Baca Juga: Tekan Peredaran Uang Asing di Wilayah Perbatasan, BI: Transaksinya Cukup Tinggi Sampai USD1,3 Miliar

Sementara itu, Presiden Joko Widodo yang hadir pada kesempatan tersebut mengatakan, situasi perekonomian saat ini dalam kondisi normal yang baru dan berbeda dengan masa lalu yang mengandalkan booming komoditas. “Di 2011-2012 saat komoditas booming, konsumsi rumah tangga tumbuh 7%. Sekarang kita 4,93-4,95%. Inilah profil yang ada sekarang karena memang berbeda,” ujar Presiden. Presiden melanjutkan, perbedaan situasi ekonomi tersebut membuat Indonesia harus membuat strategi agar dalam mengambil kebijakan tidak salah. Banyak parameter yang berubah seperti banyak muncul model bisnis baru yang turut mengubah perilaku konsumen dan daya beli.

“Shifting pergeseran ini yang harus kita mengerti dan pahami,” ungkap dia. Presiden menambahkan, momentum pemulihan ekonomi yang sedang berjalan merupakan tahapan awal yang harus diperkuat agar dapat tertransformasikan menjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Menurut Presiden, saat ini merupakan momentum yang tepat agar bisa mengambil langkah kebijakan yang sesuai.

Perbaikan ekonomi global yang berdampak terhadap perbaikan ekonomi Indonesia harus diiringi dengan pengambilan kebijakan ke depan. “Untuk pertama kalinya Indonesia diberikan status layak investasi oleh tiga lembaga rating, kemudian peringkat kemudahan berusaha dari Bank Dunia. Tapi, pekerjaan rumah kita masih banyak sekali. Reformasi struktural yang kita lakukan tidak mudah,” tutur dia. Presiden juga mengingatkan untuk terus melakukan inovasi sehingga apa yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha.

“Artinya anggaran riset harus kita perbesar. Kita harus berani mengubah pola pikir kita dan kecepatan kita dalam bertindak harus betul-betul kita lakukan,” imbuh dia.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya