JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan transaksi perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor masih tinggi menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Di mana Indonesia untuk transaksi ekspor 94% masih dilakukan dengan dolar AS. Sedangkan untuk transaksi impor 78% masih dilakukan dalam dolar AS.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi ketergantungan dengan mata uang dolar AS, BI bekerja sama dengan bank sentral negara Malaysia yakni Bank Negara Malaysia (BNM) dan negara Thailand yakni Bank Of Thailand (BOT) dengan meluncurkan Local Currency Settlement (LCS) Framework. Ketiga negara ini menyepakati untuk mengurangi penggunaan mata uang dolar dalam perdagangan antar ketiganya.
"Dengan adanya LCS ini kami harap diversifikasi mata uang yang digunakan untuk ekspor dan impor di Indonesia bisa lebih beragam. Apabila diversifikasi dari perdagangan itu bisa lebih beragam tentu akan menimbulkan stabilitas yang lebih baik bagi sistem keuangan di Indonesia," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam acara peluncuran LCS di Gedung BI, Jakarta, Senin (11/12/2017).
Agus menyebutkan, rata-rata tahunan nilai perdagangan Indonesia-Malaysia 2010-2016 mencapai sekitar USD19,5 miliar. Angka ini, terdiri dari ekspor dengan nilai mencapai USD9,3 miliar dan impor mencapai USD10,2 miliar.
Baca Juga: BI Buka Transaksi Swap Lindung Nilai dengan Renminbi China Seminggu Sekali