Sedangkan perdagangan dengan Thailand pada 2010-2016 mencapai USD15 miliar. Di mana untuk impor terdiri dari USD8,5 miliar, dan untuk ekspor mencapai USD5,5 miliar. "Kondisi ini adalah yang kami ingin untuk perbaiki ke depan, sehingga diversifikasi dari mata uang bisa sejauh mungkin dilakukan dengan local currency. Dan itu akan baik untuk kedua negara," jelasnya.
Dia meyakini, transaksi yang dilakukan antara dua negara dengan menggunakan mata uang lokal negara tersebut akan lebih efisien bagi keduanya. Hal ini dikarenakan masing-masing negara tidak perlu lagi bertransaksi dengan menggunakan mata uang lainnya.
"BI melihat stabilitas sistem keuangan yang selama ini terjaga akan lebih terjaga ke depan. Ini harus dimulai dari sekarang untuk menjaga Indonesia dan negara-negara kawasan lebih stabil," ungkapnya.
Agus mengatakan, ditargetkan melalui LCS ini nilai ekspor-impor Indonesia dengan Malaysia dan Thailand akar berkembang dua kali lipat.
"Kalau kami lihat kondisi sekarang seberapa besar ekspor impor Indonesia dengan Thailand, atau Indoonesia dengan Malaysia, kami targetkan dalam waktu tiga hingga lima tahun itu jumlahnya sudah dua kali lipat. Hal ini nanti kami akan monitor dan evaluasi, tapi dalam waktu tiga tahun itu sudah dua kali lipat besarnya," tandas Agus.