JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang November 2017 naik tipis 0,26% menjadi USD15,28 miliar dibandingkan Oktober 2017. Nilai ekspor ini naik tipis dikarenakan ada barang yang mengalami peningkatan dan ada barang yang mengalami penurunan.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, untuk negara tujuan ekspor terbesar Indonesia masih dipegang oleh China kemudian disusul oleh Amerika Serikat dan Jepang.
"Pangsa ekspor nonmigas utamanya tetap ke China sumbangannya 13,69% atau USD19,13 miliar, kemudian diikuti AS naik 11,25% menjadi USD15,72 miliar dan Jepang naik 9,47% atau USD13,22 miliar," ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Baca Juga: Ekspor RI Naik 17,16% Jadi USD153,9 Miliar pada Januari-November 2017
Kecuk menjelaskan, dengan negara tujuan utama ekspor ini masih ada ke AS, artinya masalah yang saat ini terjadi karena pidato Presiden AS tidak mempengaruhi ekspor Indonesia.
"Impor kita ke AS masih kuat, enggak peduli komentar dari Presidennya," jelas Kecuk.
Sementara itu, secara kumulatif seluruh sektor mengalami peningkatan. Tertinggi dialami oleh sektor tambang meningkat 34,38% kemudian barang yang berasal dari industri pengolahan 14,25% dan pertanian 11,40%. Dengan demikian maka keadaan ekspor tahun ini lebih baik dibandingkan 2016.
Baca Juga: Tingkatkan Ekspor, Indonesia Bentuk Chamber of Commerce di Hong Kong
Pada Januari-November 2016 share ekspor China ke Indonesia baru sekitar USD13,24 miliar dan tahun ini kenaikan sangat tinggi USD19,13 miliar. Sementara untuk AS total nilainya ada peningkatan dari USD14,23 miliar ke USD15,72 miliar.
"Asal barang posisi sama persis dengan bulan sebelumnya yaitu mayoritas berasal dari Jawa Barat 17,47% disusul Jawa Timur 11,03% dan Kalimantan Timur 10,41%. Kalimantan Timur bahan bakar mineral seperti batu bara dan CPO, kontribusi 3 provinsi ini mencapai 38,91%," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)