JAKARTA - Tahun 2018 diprediksi akan menjadi puncak pertumbuhan ekonomi kreatif (ekraf). Tren di 2018 juga akan semakin ramai oleh generasi jaman now sebagai pencari ekraf (leisure economy) yang berkaitan erat dengan pangsa pasar industri kreatif.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik mengatakan, pihaknya akan fokus membenahi setiap subsektor di bawah naungan Bekraf. Pihaknya menggandeng lembaga kajian riset global yang berpengalaman dalam meneliti industri kreatif di seluruh dunia seperti Nielsen, PwC, Intel.
“Sekarang kami sudah jangkau pelaku ekraf di ratusan kota. Ke depannya fokus kami untuk membenahi dan memperkuat ekosistem-ekosistem subsektor sesuai dengan hasil identifikasi. Karena itu kami libatkan lembaga riset yang berpengalaman dalam ekraf di berbagai negara,” ujar Ricky.
Baca Juga: Industri Animasi Kesulitan Cari Pendanaan untuk Kekayaan Hak Intelektual
Tantangan ekraf di 2018 datang dari lingkup internal dan eksternal. Terdapat berbagai regulasi yang harus disiapkan untuk mendukung pertumbuhan pelaku industri. Persaingan secara terbuka akan terjadi sehingga kualitas pelaku dalam negeri harus ditingkatkan. Wewenang pemerintah sangat besar untuk menata aturan main yang proporsional.
Salah satunya peraturan Menteri Perdagangan dan peraturan Bea Cukai untuk membuka ruang e-commerce menjual secara satuan dengan tujuan ekspor. “Kami sedang siapkan kajian size market dan potensi bisnis yang hilang apabila tidak diperbolehkan ekspor,” kata nya.
Sejumlah data menyebut pasar e-commerce nasional USD2,8 miliar, tetapi pada 2030 menjadi USD195 miliar. Besaran ini sejalan dengan pasar e-commerce global yang nilainya 100 kali lipat dari pasar Indonesia. “Kita tidak akan bisa menikmati itu. Produk satuan tersebut seperti musik dan film yang bisa dijual melalui iTunes.
Baca Juga: Industri Kreatif Akan Serap 16,7 Juta Tenaga Kerja
Potensi lainnya adalah busana dan kriya yang lebih mudah diekspor. Tujuannya terutama pasar AS, Inggris, dan China,” ujarnya. Bekraf terus mencatat kenaikan kontribusi ekraf terhadap total PDB Indonesia dalam tiga tahun terakhir.
Kontribusi ekraf terhadap PDB di 2017 diprediksi Rp990,4 triliun. Angka ini mengalami kenaikan dari 2016 sebesar Rp894,6 triliun dan naik dari Rp852 triliun di 2015. Dirinya optimistis ekraf dapat menjadi poros ekonomi baru Indonesia di masa mendatang. Lapangan kerja yang diciptakan mampu menyediakan pekerjaan untuk 16,4 juta orang di 2017 yang mengalami kenaikan dari 16,2 juta di 2016 dan 16,96 juta pekerja di 2015.