Dia juga menjelaskan niat BNI untuk memiliki modal ventura sehingga bisa lebih nyaman untuk membiayai ekraf. Pihaknya masih mengkaji strateginya apakah secara organik atau anorganik. Satu perhatian utama BNI dalam mendanai ekraf ialah yang dapat mendorong bisnis BNI dan semua anak usahanya.
“Idealnya memang dengan mengembangkan modal ventura lalu masuk membesarkan industri kreatif. Namun sampai sekarang prosesnya belum final,” ujarnya. Pengamat marketing Yuswohady mengatakan, tahun 2018 akan menjadi titik matang ekonomi leisure atau rekreatif sejak mencuat di 2015.
Ekonomi leisure dipastikan akan sangat bersinggungan dengan subsektor yang belum final. Generasi milenial kini mengarah ke ekonomi leisure sejalan dengan tren kuliner makan malam yang bertujuan hangout atau bukan sekadar makan, tapi mencari suasana atau ambience. Karakternya adalah kocek yang dikeluarkan untuk makan di luar sekitar Rp50.000-100.000. Mereka tidak sekadar makan dan pergi ke restoran.
“Tujuannya 83% so sialisasi bareng teman, 48% habiskan waktu luang, 24% ambil gambar bagus,” kata Yuswo. Begitu juga dengan industri game serta f ashion. Soal fashion kini lebih berupa penampilannya untuk dilihat orang, bukan semata untuk kebutuhan dasar. “Mereka mencari pengalaman atau ex perience seeker, bukan barang-barang atau goods seperti pada generasi baby boomer. Hal ini suntikan bagus industri kreatif,” ujar Yuswohady.
Ada dua karakter utama konsumen kini, yaitu experience dan connection. Hal ini artinya ada yang di - nikmati sendiri dan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sosial ataupun bisa juga digabung sepaket. Kini semua bisa terkoneksi ke pergaulan melalui internet. Kebutuhan kini selalu mencari like atau share di media sosialnya yang berarti untuk connection. “Mereka lebih memilih konsumsi experience dari pada goods karena tidak mau pusing seperti rumah atau mobil. Adapun sehabis makan atau traveling ya selesai sudah,” ujarnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)