BAGI Eddy Handoko, lautan luas yang dimiliki Indonesia adalah berkah. Lautan luas Indonesia tentu menyimpan kekayaan yang tak akan habis yaitu ikan.
Sejak bekerja di Surabaya, Jawa Timur, Eddy sudah sangat mengenal dunia perikanan. Selama tujuh tahun laki-laki asal Semarang, Jawa Tengah, ini bekerja di sebuah perusahaan yang mengelola udang. Tentu bukan hanya udang yang dia tekuni, jenis ikan lain dan bagaimana memasarkan ikan Indonesia dia pelajari.
Dengan begitu, ketika memutuskan untuk berdiri di kaki sendiri, yaitu mendirikan perusahaan pembekuan ikan pada 2003 dia telah merasa mantap. Eddy pun memutuskan membangun perusahaan pembekuan ikan bernama Indotropic Fishery di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
”Tapi, dua tahun saya sempat frustrasi karena buyer tentu pilih-pilih produk,” kata Eddy.
Daerah Luwuk, Kabupaten Banggai, memang akhirnya dipilih setelah mempertimbangkan daerah yang lain. Kekayaan laut dan pelabuhan untuk pengapalan produknya menjadi pertimbangan.
Selain itu, laut yang masih jauh dari polusi dengan ikan tropis melimpah serta jarak tempuh tangkapan yang singkat membuat ikan-ikan di Kabupaten Banggai masih sangat segar untuk dipasarkan.
Dengan one day catch, konsumen akan mendapatkan jenis ikan yang masih segar. Pada website Indotropic Fishery Eddy menuliskan tentang kelebihan laut Sulawesi dengan tradisi nelayan-nelayan yang telah berabad-abad.
”Bentuk pulau yang unik dengan garis pantai yang panjang dan melengkung serta banyak jurang dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya adalah sumber gurita dan ikan tropis yang melimpah.
Laut airnya yang hangat bebas dari polusi,” begitu kata pengantar di website Indotropic Fishery.
Eddy tampak santai berbincang dengan KORAN SINDO. Bahkan, ketika sampai di pabrik di Desa Biak, Luwuk, Kab Banggai, Eddy langsung meminta tim KORAN SINDO mengenakan baju, topi, dan sepatu bot untuk meninjau pabriknya.
Tak terlalu besar, tapi sangat bersih dan rapi. Untuk masuk ke dalam pabrik, semuanya harus steril. Bahkan, beberapa kali sepatu bot harus dicelupkan ke air dengan campuran tertentu dan tangan harus dicuci. ”Ini kami menggunakan standar internasional karena produk kami ekspor,” kata Eddy.