JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, pemulihan ekonomi global terus berlanjut diikuti dengan harga komoditas global yang tetap tinggi.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dodi Budi Waluyo mengatakan mengatakan, pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan relatif sama seperti tahun sebelumnya, dengan peningkatan sumber pertumbuhan yang berasal dari negara berkembang.
Baca juga: OJK: Sektor Jasa Keuangan Mampu Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2018 ke 5,4%
Di negara maju, pertumbuhan ekonomi AS terus berlanjut ditopang konsumsi dan investasi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, suku bunga Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan akan kembali meningkat disertai penurunan neraca bank sentral sesuai rencana.
"Di sisi lain, pemulihan ekonomi Eropa diperkirakan sedikit tertahan dibayangi risiko politik di kawasan," jelas Dodi di Jakarta, Kamis (18/1/2018).
Baca juga: BI Beberkan Ekonomi Indonesia Kian Membaik
Menurut Dodi, ekonomi Jepang 2018 diperkirakan tumbuh melambat karena kendala struktural aging population dan stimulus fiskal yang semakin terbatas. Sementara itu di negara berkembang, ekonomi China diperkirakan tumbuh melambat pada 2018 seiring dengan perlambatan investasi akibat kebijakan pengetatan properti dan deleveraging.
Ekonomi India diperkirakan mulai pulih seiring hilangnya dampak demonetisasi dan penerapan sistem pajak baru. Secara keseluruhan, terdapat potensi pertumbuhan ekonomi global yang lebih tinggi terutama terkait dampak positif reformasi pajak terhadap pertumbuhan ekonomi AS.
"Berlanjutnya pemulihan ekonomi global tersebut akan mendorong volume perdagangan dunia dan harga komoditas global, termasuk minyak, yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)