Soal Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia Bisa Tiru India

Koran SINDO, Jurnalis
Senin 29 Januari 2018 11:14 WIB
Foto: Koran SINDO
Share :

”Sekarang kita tidak bisa terlalu menikmati kenaikan per tumbuhan global yang cukup besar, termasuk juga perbaikan ekonomi di Amerika Serikat, karena negara yang bisa menikmati hal itu adalah yang ekonominya berbasis manufaktur,” kata Chatib.

Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) tersebut menjelaskan, andil dari ekspor ke produk domestik bruto Indonesia sebesar 25% dan sebagian besar ekspor adalah energi serta komoditas. Hal tersebut, dinilainya, menunjukkan bahwa produk Indonesia tergantung dengan kondisi harga di tingkat global.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ekonomi 2018 5,4%, APBN Tidak Bisa Diubah Tiap Menit

Ketika harga batu bara dan minyak sawit naik, misalnya, maka ekonomi Indonesia juga ikut naik layaknya yang terjadi pada kurun 2002 hingga 2012. ”Namun, begitu harganya kolaps, ekonomi Indonesia juga menurun,” ujarnya.

Hal semacam itu, menurut dia, yang menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal III-2017 bisa tumbuh 5,2% (year-onyear/ yoy) dan Malaysia 6,2%. Chatib menjelaskan, penyebab Indonesia tidak turut menikmati hasil pertumbuhan ekonomi dunia adalah karena basisnya tidak manufaktur dan sedang menuju ke arah tersebut yang memerlukan waktu.

 ”Kalau mau dorong lagi pertumbuhan ke sana, maka kita harus lari kepada manufacturing-based. Dan itu tidak akan mungkin terjadi seketika,” katanya.

Bentuk IBER

Pada kesempatan tersebut, Bambang mengapresiasi terbentuknya IBER, karena akan menjadi wadah untuk jaringan ekonom yang melakukan berbagai riset dan kajian strategis dalam mendukung kebijakan publik Indonesia ke depan yang penuh dengan tantangan global. ”Indonesia menghadapi tantangan besar, ketidakpastian dalam ekonomi global sehingga perlu reformasi yang tepat adalah ekonomi domestik. Untuk mengatasi tantangan tersebut, pembuat kebijakan harus diberi rekomendasi yang baik berdasarkan bukti dan didukung oleh fondasi orisinal yang kuat,” kata Bambang.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan, berbagai kebijakan sejumlah negara membuat sistem perdagangan global tengah terancam dan risiko di sektor keuangan meninggi. Karena itu, IBER bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kapasitas riset di Indonesia yang berbasis pengujian konsep dan empiris sehingga bisa memberi masukan pada pengambil kebijakan ekonomi.

”IBER juga akan bermitra dengan pemerintah, antara lain Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Perdagangan, dan BPS,” tuturnya. Anggota Dewan IBER Mari Pangestu mengatakan, perkembangan ekonomi global yang stabil selama ini telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian dunia dan perekonomian negara sedang berkembang seperti Indonesia.

(Oktiani Endarwati/Anton C)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya