Misi Jokowi Buka Jalan Investasi ke Indo-Pasifik Selama Sepekan

Antara, Jurnalis
Minggu 04 Februari 2018 14:24 WIB
Presiden Joko Widodo. (Foto: ANT)
Share :

JAKARTA - Perjalanan sepekan lima negara yang ditempuh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di awal tahun bukan tanpa misi. Lima negara di kawasan Indo-Pasifik, menjadi rintisan jalan bagi Indonesia untuk membuka jalur baru perdagangan dan investasi, sekaligus menyelesaikan persoalan-persoalan yang selama ini menggantung, termasuk tentang Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan isu kemaritiman.

Maka, jejak Presiden RI Joko Widodo di lima negara Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan adalah langkah yang penting untuk ditindaklanjuti. Berbagai kesepakatan berhasil dicapai dalam pertemuan bilateral dengan lima negara tersebut. Namun, kemudian bisa menjadi tidak berarti jika tidak ditindaklanjuti dengan langkah konkret.

Kini, setelah jalur baru perdagangan dan investasi terbuka di Indo-Pasifik (kawasan yang meliputi perairan bahari tropika di Samudra Hindia, Samudra Pasifik bagian barat dan tengah, serta laut-laut pedalaman di wilayah Indonesia dan Filipina), bagaimana langkah Indonesia selanjutnya?

Dunia usaha, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang telah bergerak cepat, di Sri Lanka misalnya, Presiden RI Joko Widodo telah menyampaikan keinginannya kepada Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Sri Lanka.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pun sudah memfasilitasi untuk langkah tindak lanjut pembicaraan dengan Civil Aviation Sri Lanka yang menyatakan untuk tahap pertama akan membeli 60 gerbong dari Indonesia.

Berlanjut di India, rintisan untuk memangkas kenaikan tarif bea masuk yang cukup tinggi terhadap "vegetables oil", termasuk sawit ke India menjadi misi utama yang disandang Presiden RI Joko Widodo.

Kabar baik pun mengemuka di kala India sebagai salah satu pasar terbesar minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia akan mengevaluasi tarif tersebut.

Sawit hingga LNG Sementara itu, di Pakistan, Presiden RI Joko Widodo menyambut baik pembentukan Joint Venture penyimpanan dan pengolahan minyak kelapa sawit di Port of Qosim, Karachi.

Ini menjadi kerja sama yang akan menjadikan Pakistan sebagai sentra perdagangan kelapa sawit dan olahannya di kawasan Asia Selatan dan Tengah. Maka, sekali lagi hal ini menjadi peluang pasar bagi Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia bersama Malaysia.

Tak berhenti sampai di situ, Indonesia pun akan mengekspor gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) ke Pakistan selama 10 tahun dengan opsi tambahan 5 tahun, masing-masing sebesar 1,5 juta ton per tahun.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan merespons dengan cepat melalui penandatanganan Inter Government Agreement antara kedua negara.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya