JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya inflasi sebesar 0,17% pada Februari 2018. Meskipun turun dibandingkan tingkat inflasi Januari 2017 sebesar 0,62%, namun lebih tinggi dari Februari 2016 yang mengalami deflasi sebesar 0,09%.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menjelaskan, BPS di 82 kota, menunjukkan terjadi inflasi 0,17%. Dari 82 kota tersebut, sebanyak 55 kota yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura mencapai 1,05% dan inflasi terendah ada di Kota Palangkaraya sebesar 0,04%.
Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, kenaikan harga terjadi di seluruh kelompok pengeluaran, sehingga semuanya mengalami inflasi. Adapun inflasi tertinggi, terjadi di kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok, dan tembakau.
Baca Juga: Kenaikan Pertamax Beri Andil Inflasi
Adapun untuk kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,22% sumbangannya kepada inflasi sebesar 0,05%.
"Yang dominan adalah tarif sewa rumah, kemudian upah tukang bukan mandor, upah pembantu rumah tangga andilnya 0,01%. Khusus di Batam ada kenaikan listrik karena listriknya dikelola oleh Drive PLN 46," kata dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/3/2018).
Baca Juga: Rokok Kretek Sumbang Kenaikan Tertinggi
Sementara kelompok sandang, mengalami inflasi 0,35%, dan komoditas yang dominan memberikan andil, yaitu emas sebesar 0,02%. Adapun kelompok pengeluaran kesehatan mengalami inflasi, 26% dengan andil tipis kepada inflasi Februari 2018 sebesar 0,1%.
"Kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahrga engalami inflasi 0,07%. Kelompok ini tidak memberikan sumbangan terhadap inflasi nasional," jelas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)