JAKARTA - Pasar properti Jakarta diyakini mengalami peningkatan seiring dengan dukungan kebijakan pemerintah yang positif, perekonomian yang membaik dan situasi politik yang stabil.
Hal ini juga diamati oleh pengembang mancanegara. Walau mengincar segmen pasar premium, mereka juga berharap banyak terhadap geliat pasar awal tahun ini yang didorong segmen menengah dan bawah.
"Diperkirakan bahwa pasar akan terus membaik pada tahun 2018, didukung oleh kebijakan pemerintah mengenai pembiayaan perumahan yang tepat, serta komitmen pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi," kata Presdir Brewin Mesa Sutera Bill Cheng dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (6/4/2018).
Baca Juga: Menilik Industri Properti di Tahun Politik
Dia menambahkan, dengan perekonomian yang kuat akan berdampak ke pasar properti, membawa kepercayaan dan pembeli kembali ke pasar properti. Dalam jangka panjang, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan luar biasa untuk perumahan.
"Karena profil demografisnya yang menguntungkan baik dari populasi penduduk yang besar dan terutama usia muda, kelas menengah yang bertumbuh, serta negara ini memiliki lebih dari satu juta rumah dalam setahun," sambungnya.
Sampai saat ini, pihaknya percaya bahwa pasar akan terus bertumbuh secara berkelanjutan selama beberapa tahun mendatang. Sebagian besar terjadi pelambatan daya beli properti khususnya orang asing di Indonesia.
"Tetapi saya tetap yakin dan optimis bahwa pasar lokal cukup besar untuk mendukung laju pertumbuhan yang kuat," jelasnya.
Baca Juga: Melihat Ceruk Pasar Properti di Kawasan Industri
Meskipun pemerintah telah mengubah undang-undang tentang kepemilikan asing, investor asing lambat untuk membeli properti di Indonesia karena investor asing memerlukan izin kependudukan yang sah untuk membeli properti, yang merupakan kelompok pembeli yang relatif kecil.
“Pasar mungkin akan tenang menjelang pemilihan Presiden 2019. Sekarang adalah saat yang tepat bagi pembeli untuk membeli apartemen, karena setelah pemilihan umum berlangsung, biasanya terjadi lonjakan pasar ekonomi, bersamaan dengan lonjakan pasar properti. Pembeli tidak akan menginginkan peningkatan harga beli di pasar properti," jelasnya.
Pihaknya mulai memasuki pasar Indonesia saat pasar Indonesia menurun. Sebagai bukti memiliki kemampuan dan keahlian menjalankan bisnis properti serta mengendalikan bisnis yang mengalami penurunan, Brewin Mesa yakin dalam menjalankan misinya fokus pada kepuasan dan pemenuhan janji kepada pembeli.
"Sejak terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, pasar properti Indonesia tidak pernah separah ini. Hal ini terlihat dari penurunan daya beli bahkan tidak adanya transaksi penjualan properti. Pasar properti mulai menurun pada tahun 2015, terjadi penekanan pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 mulai terlihat adanya pemulihan pada pada minat dan daya beli pembeli," jelasnya.
Merefleksikan kepercayaannya di pasar properti Indonesia, Brewin Mesa saat ini tengah mempersiapkan proyek kedua.“Kami secara aktif tengah mencari lahan-lahan yang sesuai untuk proyek kedua kami, kemungkinan proyek kedua kami akan berada di kawasan CBD atau CBD di Jakarta dan menargetkan untuk memperoleh lahan yang sesuai pada akhir tahun 2018, dan kami juga menargetkan untuk memulai proyek kedua setelah pemilihan Presiden 2019 di mana terjadi peningkatan properti seperti yang diharapkan. Pada saat itu, saya yakin kita akan sepenuhnya menjual proyek The Lana dengan pembangunannya rampung tidak lama setelah paruh pertama tahun 2020," paparnya.
Melihat ke depan tahun 2018 dan 2019, Brewin Mesa merasa yakin dan optimis bahwa pasar properti akan terus membaik. Dikutip dari catatan Rumah.com Property Index 2017, menunjukkan bahwa index properti nasional Indonesia naik tipis 1,4% pada kuartal I-2017 dan berlanjut pada kuartal II-2017 tumbuh sebesar 0,97%. Di kuartal III-2017 pasar properti terlihat stabil.
Berdasarkan data tersebut bahwa pasar properti menunjukkan tanda-tanda pemulihan tetapi penjual masih memperhatikan daya beli konsumen.
Hal ini menunjukkan bahwa pasar properti berada dalam fase soft market. Sementara di sisi volume suplai properti, indeks menunjukkan sedikit fluktuasi di mana pada kuartal I mencatat peningkatan sebesar 11,4%, kemudian mengalami penurunan sebesar 2,1% pada kuartal II-2017. Pada kuartal III-2017 suplai pulih dan meningkat hingga sebesar 10,7%. Dilihat dari tahun ke tahun terjadi kenaikan pada kuartal III-2017 mencapai 23%.
Peningkatan suplai properti ini mengindikasikan bahwa penjual lebih percaya diri dengan situasi pasar properti pada kuartal III. Semakin banyaknya suplai membuat konsumen semakin mudah menentukan pilihan tempat tinggal, baik berdasarkan lokasi, harga, dan jenis.
(Dani Jumadil Akhir)