BEKASI - Guru besar bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali mengupas secara detail terkait pergeseran perekonomian Indonesia di setiap era, dan imbasnya terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Menurutnya, perekonomian Indonesia menghadapi era shifthing (pergeseran) sebagai kelanjutan dari gelombang disruption (gangguan). Dan karena lemahnya pemahaman dunia usaha terhadap perekonomian baru dan maraknya resistensi dari pelaku-pelaku usaha lama terhadap perubahan, maka dihawatirkan ada banyak usaha nasional yang berpotensi gagal memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi baru akibat gangguan tersebut.
"Untungnya perekonomian kita juga ditandai dengan munculnya wirausaha-wirausaha muda baru yang aktif mengeksplorasi disrupsi," katanya di sela-sela peluncuran buku terbarunya yang berjudul 'The Great Shifting', di Rumah Perubahan, Jalan Mabes 2, Pondok Melati, Jatimurni, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (21/7/2018).
Dalam kajiannya di buku terbaru, Rhenald menunjukkan sejumlah peristiwa shifting yang terjadi dalam bidang konsumsi, industri, pelayanan kesehatan, keuangan dan perbankan, hiburan, asuransi, pendidikan, pariwisata dan kebudayaan.
Dia menyebut bangsa-bangsa memiliki kompetensi untuk melahirkan teknologi baru. Dan semakin kesini, teknologi semakin cepat mengubah kehidupan beserta segala yang dikonsumsinya.
"Contohnya kasus memudarnya perusahaan-perusahaan besar saat berhadapan dengan peradaban teknologi baru. Semisal runtuhnya VOC menyusul terbentuknya Revolusi Industri di abad 18-19 yang memusnahkan kekuatan logistik 4.875 kapal layar milik VOC. Yang imbasnya terasa hingga ke Pelabuhan Tanjung Priok yang tidak cepat menyesuaikan diri," paparnya.
Lanjut Rhenald, usai pelabuhan-pelabuhan milik BUMN yang belakangan ini memilih jalan transformasi, barulah kapal-kapal ukuran medium mulai masuk kembali ke pelabuhan nusantara dan menurunkan biaya logistik. Konsep tol laut yang digagas Presiden Jokowi, juga masih harus dilanjutkan dengan reformasi birokrasi berbasiskan teknologi digital dengan dukungan tol.
"Di setiap zaman pasti akan memunculkan produk-produk baru, cara-cara baru dan teknologi yang baru," ujar pria yang baru saja dianugerahi sebagai salah satu dari 30 Global Gurus in Management yang paling berpengaruh.
Rhenald menjelaskan, ada 5 temuan yang bermuara pada fenomena The Great Shifting di Indonesia dan global. Pertama, yaitu produk beralih menjadi platform yang mengubah kehidupan secara luas dan mengakibatkan banyak produk menjadi inferior dan ditinggalkan peradaban baru.
Kedua, kehidupan baru menimbulkan efek jejaring yang mengubah sifat produksi menjadi nirbatas kolaboratif dan serba sharing. Dalam hal ini terjadi proses penghancuran pasar existing namun sekaligus menimbulkan efek inklusi semisal financial inclusion atau jargon "kini setiap orang bisa terbang". "Hal ini berpotensi menggerus gap kaya-miskin dengan memberi ruang yang lebih besar bagi masuknya kelompok konsumen yang kurang beruntung menjadi consumer," jelasnya.
Ketiga, lanjut Rhenald, adalah keliru mereduksi makna shifting sebagai perpindahan belanja dari dunia riil ke dunia online. Shifting yang paling besar justru terjadi secara horizontal dan cross industry yang membuat pelaku industri sulit melacak.
"Contohnya konsumsi pada barang-barang retail goods, seperti minuman berenergi dan snack jajanan ke perjalanan wisata, hiburan, game online dan asuransi kesehatan," ujarnya.
Keempat, yaitu perbaikan infrastruktur dan orientasi pembangunan dari pendekatan trickle down yang melahirkan pengusaha besar di sektor perkotaan ke pembangunan pedesaan, telah menimbulkan kesempatan baru di desa yang memunculkan dualisme ekonomi antara pembentukan megacities dan start-up pedesaan.
"Dana desa sebesar Rp 180 triliun yang disalurkan selama 3 tahun berturut-turut, disertai dengan pembangunan infrastruktur jalan desa sepanjang 121 ribu kilometer, berpotensi melahirkan shifting dari megacities ke perekonomian desa," katanya.
Dan kelima, menurut Rhenald kemajuan dalam revolusi industri 4.0 yang berjalan begitu cepat, telah melahirkan potensi ancaman baru bagi industri konvensional.
Terdapat sejumlah pembicara yang turut membahas terkait topik yang disuguhkan Rhenald Kasali dalam launching buku terbarunya, yaitu konglomerat Mochtar Riady, mantan Presdir BRI Asmawi Syam dan pelaku shifting dari Bandung Perry Tristianto.
Sejumlah Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK juga hadir dalam acara tersebut, di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri PUPR, Menteri Desa pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Perhubungan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, mantan CEO Pertamina Ari Soemarno, Komisaris Morgan Bank New York Adnan Ganto, CEO Prudential Indonesia Jens Reisch dan tokoh-tokoh perubahan yang dilatih Rumah Perubahan.
(Dani Jumadil Akhir)